Lonjakan pasien yang terpapar Covid dalam 10 hari terakhir ini memiliki tingkat mutasi yang relatif lebih tinggi dari varian yang heboh di tahun 2020.
- Dinpertan Purbalingga Pastikan Pasokan Hewan Kurban Aman
- Dukung Indonesia Emas, Rembang Transformasi Layanan Kesehatan
- Pj Bupati Batang Kesal, Baru 76 dari 248 Desa Bebas BAB Sembarangan
Baca Juga
Epidemiolog Masdalina Pane memberikan warning kepada masyarakat mengenai bahaya Covid-19 sekarang ini.
Untuk itu, dia menyarankan agar masyarakat menghentikan sementara aktivitas yang tidak perlu di luar rumah.
"Virus covid yang berkembang saat ini merupakan varian Delta 1617.2 yang berasal dari India. Jenis ini memiliki mutasi atau penyebaran yang lebih cepat walaupun virulensi atau keganasannya relatif lebih rendah," ungkap Masdalina, Rabu (16/6).
Melansir Kantor Berita Politik RMOL, Masdalina menegaskan, varian asal India tersebut yang mendorong hampir empat provinsi di pulau Jawa kini menjadi zona merah kembali, yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa barat dan DKI Jakarta.
Sementara itu, untuk wilayah Bali tidak terjadi lonjakan. Tetapi berdasarkan temuan terakhir, terdapat orang yang meninggal akibat Covid varian B.1.351 asal Afrika Selatan.
"Bedanya, yang varian dari Afrika Selatan itu virulensi atau keganasannya tinggi, namun tidak menyebar cepat. Jadi sekali orang terkena varian Afrika dalam waktu 3 hari bisa langsung meninggal," tegasnya.
Kini, banyak daerah di pulau Jawa yang menjadi episentrum penyebaran Covid-19. Misalnya Kudus, Bandung, dan Jakarta.
Meskipun tidak semua daerah dalam satu provinsi yang menunjukkan gejala, lanjut Masdalina, namun data Satgas Covid menunjukkan bahwa secara agregat menunjukkan DKI Jakarta mengalami kenaikan hingga mencapai 400 persen, Depok 305 persen, Bekasi 500 persen, Jateng 898 persen dan Jabar 104 persen.
Kepala bidang pengembangan profesi Perhimpunan Ahli Epidemologi Indonesia (PAEI) ini menuturkan, lonjakan Covid bukan merupakan dampak dari mudik lebaran.
Namun, lonjakan justru terjadi karena kegagalan dalam hal mencegah atau menangkal penyebaran Covid-19 yang berakibat masuknya varian India dan Afrika ke Indonesia.
"Lonjakan ini harus disebut kebobolan karena banyak orang masuk ke Indonesia dari luar negeri dengan ketentuan karantina hanya lima hari," paparnya.
"Padahal, seharusnya 14 hari berdasarkan ketentuan masa optimum inkubasi dan ini menjadi standar organisasi kesehatan dunia (WHO)," sambung Masdalina.
Karena itu, Masdalina menyebut lonjakan Covid-19 kali ini sebagai transmisi penularan lokal. Artinya, orang yang terpapar sebagian besar tidak melakukan perjalanan luar negeri, namun terdampak varian baru.
"Ini menandakan sudah ada penularan lokal, jadi new emerging desease di Indonesia," tegas Masda yang merupakan ASN di Kementerian Kesehatan ini.
Lebih lanjut, Masda mengajak masyarakat untuk tetap mematuhi protokol kesehatan dengan menerapkan 3M. Terutama, menghindari kerumunan, baik dalam aktivitas sosial masyarakat biasa maupun kegiatan olahraga dalam waktu dekat ini.
"Maka, dalam situasi ini sebaiknya tidak boleh ada mobilitas lanjutan, terlebih di bulan depan umat Islam akan merayakan lebaran Idul Adha. Sebaiknya dilakukan pengetatan kembali untuk mencegah lonjakan lebih besar," paparnya.
"Dibutuhkan waktu kurang lebih satu bulan lamanya jika melihat masa inkubasi, sampai lonjakan ini dapat ditekan. Oleh karena itu, tugas pemerintah adalah memastikan penerapan Keputusan Menkes No. 4641 tentang testing, tracing, isolasi, dan karantina secara lebih ketat lagi," pungkasnya. [sth]
- Bulan Dana PMI Salatiga 2022 Ditargetkan Terkumpul Rp350 Juta
- Ketua DPRD Menyebut Ada Alat Media di RSUD Salatiga Belum Terpakai
- Ratusan Anak di Semarang Ikuti Khitan Massal