Permintaan pasar akan kebutuhan stik es krim mulai menggeliat. Saat awal pandemic Covid-19, pesanan menurun tajam. Kini pesanan berangsur kembali membaik seiring dengan menurunnya kasus Covid-19 di Indonesia.
- Gerakan Tanam Serentak, Kolaborasi Pusat dan Daerah Menuju Swasembada Pangan
- Smartfren Siap Sambut Natal dan Tahun Baru 2024
- Isu PHK: TVRI Dan RRI Meluruskan Pemahaman PHK
Baca Juga
Salah satu pengusaha stik es krim, Kuswanto (45) warga Desa Pekalongan, Kecamatan Bojongsari, Purbalingga, mengaku, permintaan pasar akan stik es krim mulai meningkat dalam tiga bulan terakhir ini.
"Saat awal pandemic Covid, permintaan stik es krim merosot tajam. Dalam seminggu hanya mampu menjual sekitar 100 pack dimana tiap 1 pack berisi 450 batang stik. Kini permintaan mulai membaik mencapai rata rata 700 pack dalam seminggu,” kata Kuswanto, Minggu (12/12/2021).
Kuswanto mengungkapkan, stik es krim dibuat dari limbah kayu pinus yang diperoleh dari pabrik pengolahan kayu pinus di Purbalingga.
Produksi stik es krim sudah digeluti lumayan lama, namun sempat terhenti saat pandemic. Ia terpaksa harus merumahkan karyawan dan berhenti produksi, karena nyaris tidak ada permintaan pasar.
"Mudah-mudahan pandemic segera berakhir, dan kami bisa berproduksi normal kembali dan tentunya dapat menambah jumlah karyawan dari lingkungannya, sehingga mampu membantu perbaikan ekonomi mereka,” harap Kusmanto yang juga bekerja sebagai PNS di Kodim 0702 Purbalingga.
- BI Jateng Bina 31 Ponpes untuk Kembangkan Halal Value Chain
- Siap Bersaing di Kancah Nasional, UMK Lolos Abdidaya Ormawa 2024
- Pemkot Pekalongan Usulkan UMK 2023 Naik Rp149 ribu