Pulau-pulau Buatan China Merusak Lingkungan dan Keanekaragaman Hayati

Aktivitas China di Indo-Pasifik menyebabkan degradasi lingkungan yang parah di kawasan tersebut. Demi membangun pulau-pulau buatan, China mengesampingkan akibatnya terhadap lingkungan dan keanekaragaman hayati di laut Indo-Pasifik.


Begitu yang dikatakan oleh Pia Sherman dalam tulisannya di Global Strat View, yang dikutip ANI News, Selasa (15/2).

China dilaporkan telah membangun 3.200 hektar pulau buatan di Laut China Selatan, termasuk membuat landasan militer, hingga 72 hanggar jet tempur.

Beijing juga menugaskan 10-12 pesawat besar di Fiery Cross, Subi, dan Karang Mischief di Kepulauan Spratly. Mereka pun telah membuat instalasi militer di Pulau Woody di Kepulauan Paracel.

"Pembangunan pulau-pulau buatan ini jelas melanggar Konvensi Perserikatan Bangsa Bangsa tentang Hukum Laut (UNCLOS) tahun 1982, yang juga ditandatangani oleh China," kata Sherman.

Global Strat View menyebut, konstruksi dan militerisasi di Laut Cina Selatan telah menyebabkan penurunan tajam stok ikan di wilayah tersebut.

Pada tahun 2015, Laut Cina Selatan menyumbang sekitar 12 persen dari tangkapan ikan dunia per tahun, tetapi persediaan ikan telah menurun sepertiga, dan diperkirakan akan berkurang lagi 59 persen pada tahun 2045 jika praktik saat ini terus berlanjut.

Pengurangan stok ikan mengancam mata pencaharian masyarakat di pesisir, dan menambah masalah ketahanan pangan. Hal ini juga bisa memicu ketegangan politik dan bentrokan di Laut China Selatan.

Terlebih, proses pengerukan yang diperlukan untuk membangun pulau buatan telah mengakibatkan rusaknya terumbu karang di kawasan tersebut. Pemutihan karang dan penangkapan ikan dengan dinamit semakin merusak terumbu karang di laut.

Pekerjaan pengerukan yang dilakukan untuk menghilangkan pasir dan kerikil dari terumbu karang merusak ekosistem. Hal ini juga menyebabkan perubahan arus air.

Sherman menjelaskan, setiap perubahan suhu dan salinitas di perairan laut dapat menyebabkan kerusakan luas pada habitat laut. Konsentrasi sedimen yang tinggi di dalam air juga akan menghalangi sinar matahari, yang berdampak buruk pada pertumbuhan karang di laut.

Pembangunan pulau-pulau buatan dan militerisasi membuat pergerakan konstan kapal-kapal China, yang selanjutnya mencemari lingkungan laut yang relatif rapuh di wilayah tersebut.

Bahkan di daerah dengan pembangunan pulau buatan yang signifikan, telah terjadi perkembangbiakan ganggang yang berbahaya.

"Setiap aktivitas manusia di masa depan di pulau-pulau buatan akan lebih lanjut menyebabkan peningkatan puing-puing dan polusi dan menyebabkan perusakan habitat lebih lanjut," pungkas Sherman, demikian dikutip dari Kantor Berita Politik RMOL.