Regenerasi Wayang Orang Dinilai Memprihatinkan

Persoalan regenerasi Wayang Orang Ngesti Pandowo menjadi bahasan menarik dalam diskusi dan peluncuran buku ‘Jalan Sunyi Ngesti Pandowo’ karya Bambang Iss Wirya di Gedung Pers Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Semarang.


Bambang Iss, selaku penulis mengemukakan saat melakukan wawancara untuk menulis buku tersebut, dirinya dihadapkan pada realita bahwa sedikit anak muda yang memiliki hasrat berkesenian secara rohaniah.

Saat saya wawancara ke beberapa aktor dan tokoh, pernyataannya adalah perbedaan semangat. Dulu, katanya ada semangat juang yang kuat untuk berkesenian. Sekarang, anak muda yang bisa nari sedikit langsung berorientasi pada nominal," ungkapnya, Rabu (12/9).

Bambang mengatakan perlu ada upaya yang lebih realistis untuk mempertemukan hasrat antara pelaku lama dengan anak muda. Menurutnya, pemerintah bisa mewujudkan hal tersebut.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Pemimpin Ngesti Pandowo, Joko Mulyono, menurutnya jumlah aktor untuk regenerasi di Ngesti Pandowo sangat memprihatinkan.

Sangat sedikit aktris muda yang mau. Meskipun juga Ngesti kekurangan aktor muda. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin agar masyarakat bisa mengenal Wayang Orang. Kami tidak bisa membayangkan bagaimana lima tahun ke depan," kata dia.

Lebih jauh, Joko mengungkap kebutuhan pada tubuh Ngesti Pandowo yang relatif besar. Dia mengaku setiap pementasan, biaya produksi bisa mencapai Rp. 5 juta. Sementara jika penjualan tiket pertunjukkan terjual 100 kursi dengan harga Rp. 30 ribu hanya terkumpul sebanyak Rp. 3 juta.

Kalau ditotal sebulan, kebutuhan kami adalah Rp. 20 juta, belum lagi kebutuhan teknis lainnya. Kami mendapat bantuan dana perbulan Rp. 10 juta. Pasti sering tombok," ungkap Joko.

Joko mengaku iri dengan para pelaku Wayang Orang di Sri Wedari. Menurutnya, para pelaku adalah orang yang kerja di sana dengan status Pegawai Negeri Sipil.

Jadi, tiap bulan mereka tidak perlu memikirkan soal kebutuhan. Sementara kami, ya itu tadi dari penjualan karcis saja belum bisa memenuhi kebutuhan produksi," paparnya.

Sementara itu, Akademisi Unnes, Restu Lanjari mengatakan kalau perlu adanya peran serta pemerintah secara aktif. Menurut dia, tanpa adanya peran pemerintah, cukup susah bagi Ngesti untuk bisa berkembang.

Saya rasa, ini sangat menggelitik bagi Pemerintah. Tanpa mereka hal ini susah direalisasikan," kata dia.

Lebih jauh, Restu mengatakan kalau pihaknya sudah berusaha agar terjadi kolaburasi antara pelaku lama dengan anak muda. Dia mengaku sudah mengajak mahasiswa untuk turut bermain sehingga ada pertukaran ilmu bagi anak muda.

Misalnya soal seblak sampur, kan berbeda antara apa yang dipelajari mahasiswa dengan pelaku tradisi. Ini menjadi penting untuk pembelajaran," imbuh dia.