Pakar telematika asal Yogyakarta KRMT Roy Suryo mengatakan, merokok itu sama sekali tidak ada bagusnya, tak ada manfaatnya selain merusak kesehatan.
‘’Harus diakui, cukai rokok itu sangat besar perannya bagi pendapatan negara. Tapi, bagi masyarakat sangat tidak ada manfaatnya, karena jika dikonsumsi sangat berbahaya bagi kesehatan,’’ tegas Roy Suryo, saat menjadi narasumber dalam Podcast bertajuk ‘’Rokok Membunuhmu, Kontroversi Setengah Mati’’, yang digagas Radio Suara Kota Wali (RSKW) 104,8 FM, Jumat (10/9).
Dalam diskusi yang dipandu Jayanto Arus Adi, wartawan senior yang anggota Pokja Dewan Pers, Roy Suryo yang 15 tahun menjadi anggota parpol dan pernah menjabat Menpora di masa Presiden SBY mengatakan, karena kontribusi cukai rokok sangat besar bagi APBN, menjadi sangat wajar jika CSR rokok pun terbilang sangat besar untuk berbagai event olahraga.
‘’Saat jadi Menpora, saya bilang, wajar dong, perusahaan rokok menjadi penyandang dana atau sponsorship berbagai event olahraga dan musik di Tanah Air, sebab kontribusi mereka juga sangat besar terhadap rusaknya kesehatan jutaan masyarakat akibat merokok. Kalau sekarang mereka menjadi sponsorship terbesar, ya itu wajar, itu konsekuensi mereka. Harus fair, kalau tidak begitu, kita kasih penalty, agar mereka kasih sumbangan yang jauh lebih besar,’’ tegas Roy, yang mengaku kini berhenti dari dunia politik.
Roy berpendapat, kontribusi cukai yang besar bagi negara, dan kerusakan kesehatan yang ditimbulkan akibat merokok itu sangat tidak seimbang. Dalam stiker di bungkus rokok terlihat gambar mereka yang sakit akibat rokok itu benar, betapa rokok sangat merusak kesehatan. ‘’Bukan saja bagi perokok aktif, tapi juga bagi perokok pasif,’’ ujarnya.
Pakar Komunikasi Gunawan Witjaksana harus ada keberimbangan antara kontribusi cukai dengan kontribusi bagi beragam kegiatan masyarakat. Tak bisa melihat rokok secara hitam putih. Dari segi kesehatan berbahaya, tapi bagi sisi sosial budaya bermanfaat.
Roy menilai, harga rokok harus dinaikkan agar tidak terjangkau masyarakat. Prinsipnya, harus dibuat makin mahal justru makin dicari dan gengsinya tinggi. Akibatnya, tak mudah dikonsumsi oleh masyarakat luas. Hanya dikonsumsi secara sangat terbatas, dan eksklusif oleh kalangan tertentu.
Iklan rokok membunuhmu, kata Gunawan, terkesan manipulatif. Karena nyatanya, anak-anak perokok pun banyak. Gunawan juga mengritisi adanya anggapan di masyarakat bahwa tidak merokok tidak jantan. ‘’Imej itu harus diubah, tidak merokok itu jantan,’’ kata dosen Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (Stikom) Semarang ini.