Rumah Pertemuan D’Kambodja Punya Lima Konsep Ruangan Berbeda dalam Satu Gedung

Desainer kondang Anne Avantie kembali menyuguhkan tempat berkonsep tradisional di Kota Semarang. Setelah sukses dengan rumah malan D’Kambodja yang menyuguhkan menu-menu tradisional Jawa. Kali ini Anne Avantie melaunching Rumah Pertemuan D’Kambodja yang berlokasi di Jalan Diponegoro atau tepat disebelah Rumah Makan miliknya.


Rumah pertemuan yang merupakan bangunan rumah kuno milik PT Pos Indonesia ini disulap menjadi rumah pertemuan yang berkonsep tradisional dan homey.

Anne menyebut ada lima ruangan dengan tema-tema yang berbeda dalam satu bangunan rumah. Ruangan tersebut masing-masing bernama Ruang Kaberkahan, Ruang Kanugrahan, Ruang Kamulyan, Ruang Kawelasan dan Ruang Katresnan. Dalam satu ruangan bisa digunakan untuk 15 hingga 25 orang.

“Rumah Pertemuan ini ada lima ruangan dengan konsep dan tema sendiri-sendiri. Seperti Kaberkahan ini sebuah berkah, kanugrahan sebuah anugerah, katresnan sebuah cinta kasih dan lain sebagainya,” kata Anne usai meresmikan Rumah Pertemuan D’Kambodja bersama Walikota Semarang, Minggu (16/4) malam.

Anne menyebut jika rumah-rumah peninggalan jaman kolonial Belanda atau bangunan cagar budaya diberikan sentuhan maka bangunan tersebut tidak akan terkesan mengerikan. Menurutnya, selama ini orang-orang menilai bangunan kuno itu mengerikan karena sudut pandang dan mindset orang terhadap rumah-rumah kuno yang tidak terawat.

“Bangunan-bangunan kuno kita beri sentuhan dengan cinta kasih maka akan membuat jadi lebih indah,” tuturnya. 

Ia mengatakan destinasi di Kota Semarang tidak harus menjurus pada kemegahan kota, melainkan pada kultur budaya yang merupakan kekayaan dari sebuah keindahan.

Walikota Semarang, Hevearita G. Rahayu mengapresiasi adanya revitalisasi bangunan cagar budaya menjadi sebuah rumah pertemuan yang dikelola oleh Anne Avantie. Ia menyampaikan untuk merevitalisasi bangunan kuno tidak perlu merubah bangunan, namun cukup memberikan sentuhan dengan konsep-kosnep terkini yang bisa dinikmati semua kalangan.

“Ini dibuat konsep tradisional ala-ala Belanda tapi tetap instagramable dan kekinian. Dan bisa menambah destinasi kuliner di Kota Semarang,” kata Ita, sapaan akrabnya.

Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang mendukung adanya revitalisasi yang dilakukan pihak swasta. Pasalnya, di Kota Semarang memang banyak berdiri bangunan-bangunan cagar budaya.

“Rumah pertemuan bisa untuk menjamu tamu. Makanan dan tempat cukup representatif. Dan ini bisa menjadi contoh bagi bangunan lainnya untuk bisa diubah dan dimanfaatkan semacam ini. Saya pesan ke bunda Anne kalau ada tempat-tempat lain lagi bisa diubah seperti ini,” tandasnya.