Pemerintah diminta memetik pelajaran dari buruknya
pengelolaan utang negeri tetangga, Malaysia. Saatnya ngerem utang dan
lebih bijak mengelola anggaran.
- Pertamina Patra Niaga Jawa Bagian Tengah Bagikan 13.630 paket Takjil di 227 SPBU
- Kepala BI Jawa Tengah: Komunikasi dan Transparansi Kunci Mendorong Promosi Investasi
- Jawa Tengah Kerja Sama Dengan Pemerintah Tiongkok, Akan Makin Banyak Investasi
Baca Juga
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Abra Puspa Ghani TalatÂtov menilai, gerakan penggalangan dana rakyat Malaysia membantu pemerintahnya, sulit diterapkan di Indonesia.
Menurutnya, ada dua alaÂsan mendasar. Pertama, rasio utang Malaysia sudah mencapai 51 persen, mendekati batas aman yang ditetapkan konstitusi mereka sebesar 55 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Sementara, rasio utang IndoneÂsia masih 30 persen dari PDB. Hal ini akan membuat banyak kalangan menganggap rasio utang masih aman.
"Saya kira pelajarannya dari Malaysia, jangan berutang terus. Mereka juga selama ini merasa aman, jauh dari PDB, dan terus ngutang. Dan faktanya, Indonesia selama tiga tahun terakhir jumlah utang terus naik, dan ke depan potensinya naik. Jika tidak hati-hati, kita pun akan mendekati batas aman," kata Abra dikutip dari Kantor Berita Politik
Kedua, gerakan rakyat MaÂlaysia sulit ditiru karena keperÂcayaan masyarakat Indonesia rendah terhadap pengelolaan anggaran negara. Selain utang yang terus naik, menurut Abra, pemerintah inkonsisten dalam melakukan reformasi fiskal. Misalnya, semula pada awalnya pemerintah mengalihkan subsidi untuk infrastruktur. Namun menÂjelang pemilu, subsidi dikemÂbalikan lagi. Selain itu, ada beberapa proyek infrastruktur dinilai publik tidak urgent tetapi terus dipaksakan jalan.
"Dengan kondisi seperti itu, saya kira masyarakat sulit diaÂjak membantu pemerintah," terangnya.
Kondisi tersebut, lanjut Abra, berbeda dengan Malaysia. Masyarakat negeri Jiran meÂnaruh kepercayaan yang tinggi terhadap pemerintahan Mahathir Mohamad. Rakyat Malaysia memandang Mahathir memiÂliki komitmen yang kuat dalam mengatasi masalah keuangan.
Pertama, Mahathir memoÂtong gajinya sendiri, beserta menteri dan pegawai-pegawai di pemerintah. Kedua, Mahathir melakukan revisi terhadap proyek-proyek yang memakan anggaran banyak dan tidak menÂdesak. Contoh teranyar, Mahatir merevisi proyek kereta cepat Kuala Lumpur-Singapura.
"Masyarakat Malaysia meliÂhat pemerintah mereka serius. Lalu muncullah respons positif," ujarnya.
Abra menambahkan, gerakan moral rakyat Malaysia sebeÂnarnya tidak memiliki dampak besar terhadap pengurangan utang negara mengingat jumlahÂnya yang besar. Tetapi, gerakan tersebut menimbulkan sentimen positif yang akan menguatkan kepercayaan iklim investasi.
Seperti diketahui, rakyat MaÂlaysia baru-baru ini melakukan penggalangan dana untuk memÂbantu pemerintahan Mahathir membayar utang. Sang inisiator, Nik Shazarina Bakti mengaku melakukan gerakan tersebut sebagai rasa cintanya terhadap negara.
Ekonom Senior Prof Edy Suandi Hamid menyambut gemÂbira muncul gerakan moral di Malaysia. "Gerakan itu bisa menjadi pengingat pemerintah kita agar mengendalikan utang dan memanfaatkan anggaran dengan bijak," kata Edy.
Sementara itu, Anggota Komisi XI DPR Hendrawan Supratikno meminta, masalah utang Indonesia dan Malaysia tidak dibanding-bandingkan karena memiliki konteksyang berbeda.
"Utang di Malaysia dianggap sebagai suatu kecelakaan (by acÂcident), sementara di Indonesia, utang merupakan kebijakan fiskal yang direncanakan (by design)," kata Hendrawan.
Hendrawan menerangÂkan, sebenarnya utang adalah variabel yang bisa disiasati dan merupakan bagian dari strategi. Menurutnya, utang itu bisa diperÂbesar dan bisa diperkecil. Utang diperbesar agar anggaran bersifat ekspansif sehingga bisa melakuÂkan banyak pembangunan. Bila diperkecil, resikonya akan terÂjadi perlambatan. Tinggal mau pilih yang mana.
Hendrawan menuturkan, geraÂkan saweran membantu keuangan negara bisa saja dilakukan. IndoÂnesia pernah melakukannya pada tahun 1997-1998. Tapi ketika itu lebih politis untuk menarik simpati publik.
- Mulai Hari Ini, Warga Kota Semarang dan Kabupaten Cilacap Bisa Daftar di Situs Subsidi Tepat MyPertamina
- Kementan: Tidak Ada Alasan Harga Daging Ayam Naik
- Peningkatan Kualitas Tembakau dan Kopi Dorong Harga Jual