Saling Memaafkan, Bambu Melintang Depan Musala di Grobogan Akhirnya Dibongkar

 Kades bersama warga lainnya, bongkar plang bambu depan musala. RMOL Jateng
Kades bersama warga lainnya, bongkar plang bambu depan musala. RMOL Jateng

Perseteruan warga hingga berujung pemasangan pagar tepat di depan musala akhirnya dirembuk di Balaidesa Guyangan Desa Godong Kabupaten Grobogan.


Upaya perdamaian difasilitasi pemerintah desa serta dihadiri para tokoh kecamatan hingga Kapolsek Godong akhirnya mendapatkan titik temu. 

Setelah tiga jam beradu argumen dan saling menyalahkan akhirnya kedua pihak saling menyadari kekeliruan mereka, melalui arahan para kepala desa dikuatkan dengan argumen pihak kepolisian. 

Mereka sepakat untuk saling menghargai antar sesama dan mengubur kesalahan terjadi. Kegiatan itu pun berakhir dengan jabat tangan bersama. 

Guna memastikan konflik warga benar-benar selesai kades beserta perangkat dan polsek mendatangi lokasi musala. 

Setelah beberapa saat memberi pengertian warga setempat, plang bambu di depan musala pun dibongkar bersama. 

Pengakuan Martono (50), pemilik lahan yang tadinya berseteru dengan warga lainnya, ia pun mulai membuka hati untuk kembali menerima warga lainnya. 

"Tadinya memang sempat sakit hati karena ungkapan kasar dari warga terhadap almarhum orang tua yang sudah mewakafkan tanah untuk musala ini, hingga akhirnya penutupan akses pintu masuk musala terjadi," ungkapnya, Selasa, (24/10).

Meski masih merasakan sakit hati, namun pihaknya berusaha memaafkan, ia pun memperbolehkan warga kembali jalankan aktifitas ibadah seperti sebelumnya. 

Kepala Desa Guyangan, Suhadi mengatakan, perseteruan antar warga terjadi hanya karena adanya miskomunikasi. Kedua belah pihak saling merasa paling benar. 

"Kedua warga yang berseteru masih saudara dan keluarga sendiri. Karena asli sana, saya memahami benar yang terjadi. Alhamdulillah keduanya sudah saling menerima," ucapnya. 

Sebelumnya, penutupan akses ke musala di Desa Guyangan Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan sempat viral di media sosial. Berbagai cibiran warga net pun sebabkan konflik kian memanas.  

Hingga Ketua RT setempat, Murman mengaku, pihak warga yang memasang pagar di depan musala sempat datang ke rumahnya. Namun, tidak menjelaskan alasan pemasangan patok tersebut.

Dia menjelaskan, musala itu statusnya sudah tanah wakaf. Dahulu merupakan milik Mbah Sarijo warga setempat.

"Dulu tanah itu milik mbah kakungnya, namanya Mbah Sarijo. Tanah sudah sertifikat wakaf dan fotokopinya sudah disimpan Pak Bayan Edi," kata Murman.