Sedekah Lawu, Upaya Masyarakat Pertahankan Kelestarian Gunung Lawu

Wilayah gunung Lawu, sarat dengan budaya dan kearifan lokal yang sudah ada sejak jaman nenek moyang dan sampai saat ini masih terus dilestarikan keberadaanya.


Gunung Lawu diakui masyarakat adat sebagai sumber kearifan budaya di Nusantara, berbagai peninggalan sejarah bisa ditemukan di gunung lawu. Jauh sebelum era Majapahit, hingga Mataram banyak ditemukan situs sejarah masa lampau. Seperti candi Sukuh, candi Cetho, candi  Kethek,  hingga Pamoksan Brawijaya.

Masyarakat Desa Hutan Pringgondani (MDH), bersama warga menggelar upacara tradisi sedekah bumi  bertempat di lapangan Desa Blumbang, Tawangmangu. Sedekah Lawu ini juga sebagai ajang silaturahmi para pecinta alam, pemerhati dan penyelamat lingkungan yang peduli terhadap kelestarian gunung Lawu.

"Sedekah Lawu ini, sebagai bentuk keperdulian warga lereng Lawu, pemerhati Lawu, pelestari alam gunung lawu untuk ikut serta dalam  penyelamatan Situs Gunung Lawu," Isa Anshori, selaku ketua pelaksana acara sedekah bumi, Selasa (25/9/2018).

Dalam acara tersebut ditampilkan Tari Bedhaya Lawu, juga Pentas Seni Wayang Kulit Dalang Anom Suroto. Tari Bedhaya Lawu merupakan sebuah tarian persembahan bagi Gunung lawu untuk mensinergikan antara manusia dan gunung (alam) karena atas dasar saling membutuhkan. Rasa syukur mendalam, hasil olah rasa, anugerah dari Sang Maha  Pencipta.

"Sedekah bumi ini ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang  melimpahkan berkah dan rahmatNya  berupa hasil bumi yang melimpah," lanjutnya.

Harapannya acara sedekah Lawu tersebut, bisa menjadi tonggak awal upaya penyelamatan situs gunung Lawu. Termasuk menjadikan sebagai acara tahunan gelar budaya dan pelestarian alam gunung Lawu lewat budaya kearifan lokal.

"Semoga acara sedekah bumi bisa menyatukan masyarakat hutan tiga belas gunung di Jawa dan Madura untuk bersama sama menjaga kelestarianya," tutupnya.