Fenomena silent hypoxia pada pasien Covid-19 patut diwaspadai.
- Dukung Pencegahan Stunting, Kapolres Demak Cek Pelayanan Posyandu
- Vaksinator Puskesmas Terus 'Jemput Bola' Warga Untuk Vaksinasi
- PAMSIMAS Segera Diresmikan, Enam Titik Rawan Kekeringan di Semarang Bakal Jadi Prioritas
Baca Juga
Fenomena silent hypoxia pada pasien Covid-19 patut diwaspadai.
Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, dr. Ngabila Salama menjelaskan, silent hypoxia terjadi ketika saturasi oksigen atau kadar oksigen dalam darah berada di bawah 95%.
Mengingat, dalam kondisi normal, saturasi oksigen seharusnya di atas 95%.
"Jadi orangnya baik-baik saja, tapi saturasi oksigennya sudah di bawah normal," kata dr. Ngabila dalam diskusi virtual Bincang Sehat bertajuk "Strategi Jitu Cegah Klaster Keluarga Di Tengah Pandemi Covid-19", pada Rabu (21/10) dikutip dari Kantor Berita RMOL.
Pada orang terpapar Covid-19, dr. Ngabila menjelaskan, silent hypoxia dapat terjadi, bahkan saturasi oksigen dapat mencapai level di bawah 85%.
"Kalau sudah silent hypoxia, akan sulit dilakukan pengobatan sembuh, dan kemungkinan fatalitasnya menjadi lebih tinggi," sambung dia.
Untuk itu, dr. Ngabila menyarankan agar saturasi oksigen dapat diperiksa secara berkala menggunakan alat pulse oximeter yang saat ini terdapat di pasaran. Alat tersebut berfungsi untuk memeriksa kadar oksigen dalam darah, paling tidak sehari sekali.
- Dinpertan Purbalingga Pastikan Pasokan Hewan Kurban Aman
- 1.800 Nakes RSWN Akan Terima Vaksin Booster
- Pasca Banjir: Bersihkan Genangan Air Untuk Antisipasi DBD