Sosialisasi Cegah Stunting di Sukoharjo, BKKBN Jateng Pastikan Warga Kenali Tanda-tanda Stunting

BKKBN Jateng bersama anggota DPR-RI komisi IX sosialisasi cegah stunting di Desa Gentan, Bendosari, Sukoharjo.
BKKBN Jateng bersama anggota DPR-RI komisi IX sosialisasi cegah stunting di Desa Gentan, Bendosari, Sukoharjo.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Propinsi Jawa Tengah bersama anggota Komisi IX DPRRI, kembali melakukan sosialisasi cegah stunting. Kali ini sasarannya masyarakat Desa Gentan, Kecamatan Bendosari, Sukoharjo, Jawa Tengah, Minggu (3/9/2023).


Hadir Rahmad Handoyo, anggota Komisi IX DPRRI, Kepala BKKBN Jateng, Eka Sulistya Ediningsih, dan Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Sukoharjo.

Peserta sosialisasi sebanyak 300 peserta dari unsur tokoh masyarakat, kader kesehatan, anggota PKK, Ketua RT, dan lain-lain.

Di hadapan peserta, Kepala BKKBN Jateng, Eka Sulistya, untuk menurunkan angka stunting, anggota Tim Pendamping Keluarga (TPK) harus mengenali tanda-tanda stunting.

"Stunting itu pasti pendek tapi pendek itu belum tentu stunting. Ciri stunting lainnya, tubuh anak pendek karena gagal tumbuh kembang disebabkan kekurangan gizi dalam waktu yang sangat lama, yaitu seribu hari pertama kehidupan" kata Eka Sulistya.

Eka melanjutkan, bila ada bayi lahir dengan bobot kurang dari 2,5 kilogram dan panjang kurang dari 48 centimeter, perlu diwaspadai beresiko stunting.

Selain mewaspadai anak yang beresiko stunting, tugas tim pendamping keluarga juga harus mengawasi ibu hamil. Jadi, yang perlu waspada terhadap ibu hamil, tidak hanya keluarganya saja, tidak hanya suaminya saja, namun tugas semua warga tetangga kanan kirinya.

Ibu hamil harus memeriksakan kesehatannya ke puskesmas atau ke layanan kesehatan masyarakat setidaknya 6 kali. Asupan gizinya harus seimbang.

Menurut Eka, ibu hamil tidak boleh stress, karena akan mempengaruhi tumbuh kembang janin di perut.

Bagaimana cara untuk menghilangkan stress kepada ibu hamil? Menurut Yudianta dari DP3AKB Sukoharjo, semua perlu direncanakan.

"Calon pengantin putri harus sudah berusia 21 tahun dan pria 25 tahun. Karena ini akan berkaitan dengan kesiapan rahim yang akan dibuahi. Bila tulang pinggul masih sempit, dikhawatirkan saat melahirkan akan mengalami kesulitan," kata Yudianta.

Bagi pasangan usia subur yang sudah mempunyai anak, agar mengatur jarak kelahiran dengan cara memakai alat kontrasepsi atau ber-KB.

"Mengikuti program KB tidak harus ibu-ibu saja, namun bapak-bapak juga harus ikut KB," tambah Yudianta.

Rahmad Handoyo menambahkan, memberi makanan bergizi kepada anak, tidak harus dengan makanan yang mahal. Cukup dengan kearifan lokal, sayur mayur yang ditanam di pekarangan rumah. Ditambah gerakan makan satu atau dua butir telur sehari, untuk anak-anak.

"Mencegah itu lebih baik daripada mengatasi stunting. Dengan sosialisasi ini, kami berharap kesadaran masyarakat terhadap penurunan angka stunting lebih waspada," kata Rahmad Handoyo, anggota DPRRI dari Dapil V Jawa Tengah (Solo, Sukoharjo, Boyolali, Klaten).