Strategi Revitalisasi Nilai – Nilai Wisata Religi Demak

Oleh : Prof. Dr. Ir. Sri Puryono KS., M.P.
Masji Agung Demak. Istimewa
Masji Agung Demak. Istimewa

Materi pada Dialog Revitalisasi Wisata Religi Kabupaten Demak (Renaisance Demak Menapaki Kembali Kejayaan, 28 September 2024)

Pendahuluan

Demak, yang dikenal sebagai 'Kota Wali', merupakan salah satu kota terpenting dalam sejarah dan perkembangan Islam di Indonesia. Berstatus sebagai kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, Demak memiliki suara yang signifikan dalam sejarah kebudayaan Islam, terutama sebagai pusat penyebaran agama Islam oleh Wali Songo. Kota ini terletak di wilayah yang luas dengan penduduk sekitar satu juta jiwa, menjadikannya sebagai pusat aktivitas sosial dan budaya.

Sejarah Demak dimulai pada abad ke-15, ketika Raden Patah mendirikan Kesultanan Demak, yang merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Hal ini menandai awal mula penyebaran Islam di wilayah tersebut, dengan Demak menjadi titik strategis bagi para wali dalam menyebarkan ajaran Islam.

Salah satu situs bersejarah yang paling mencolok di kota ini adalah Masjid Agung Demak, yang didirikan pada tahun 1476. Masjid ini bukan hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga berfungsi sebagai pusat pertemuan para wali dalam misi mereka menyebarkan Islam.

Predikat 'Kota Wali' tidak hanya sekadar gelar, tetapi juga didukung oleh berbagai tanda sejarah yang kuat. Selain Masjid Agung, di belakangnya terdapat Kompleks Pemakaman Kesultanan Bintoro yang menjadi tempat peristirahatan para sultan dan figur penting dalam sejarah Demak, termasuk makam Raden Patah sendiri. Di kawasan ini pula terletak Makam Sunan Kalijaga, salah satu wali yang dihormati dan berpengaruh dalam sejarah Islam di Nusantara.

Demak juga dikenal dengan penetapan hari jadi Kabupaten Demak pada tanggal 28 Maret 1503, yang bertepatan dengan penobatan Raden Patah. Semua ini menjadikan Demak bukan hanya sebagai kota bersejarah, tetapi juga sebagai destinasi wisata religi yang penting di Indonesia, dengan berbagai potensi untuk dikembangkan lebih lanjut.

Sejarah dan Warisan Budaya di Demak

Masjid Agung Demak merupakan salah satu simbol penting dalam sejarah kota ini. Didirikan pada tahun 1476 oleh Raden Patah, masjid ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat kegiatan para Wali Songo dalam menyebarkan agama Islam.

Arsitektur masjid yang khas dengan ornamen-ornamen yang bersejarah, termasuk pintu yang dihiasi ukiran dua kepala naga, mencerminkan kekayaan budaya dan spiritual yang ada di Demak. Masjid ini menjadi saksi bisu bagi perjalanan panjang sejarah Islam di Indonesia, dan hingga kini menjadi pusat ziarah bagi umat Islam dari berbagai penjuru.

Di belakang Masjid Agung, terdapat Kompleks Pemakaman Kesultanan Bintoro yang menjadi tempat peristirahatan terakhir bagi para sultan dan tokoh penting dalam sejarah Demak. Di antara makam yang ada, Raden Patah, pendiri Kasultanan Demak, menjadi tokoh yang paling dikenal.

Selain Raden Patah, makam Sultan Demak II (Raden Pati Unus) dan Sultan Demak III (Raden Trenggono) juga terletak di kompleks tersebut. Keberadaan makam-makam ini menjadi pengingat akan perjuangan dan kontribusi mereka dalam membangun peradaban Islam di Jawa.

Salah satu tokoh penting lainnya yang dimakamkan di Demak adalah Sunan Kalijaga, atau Raden Said, yang dikenal sebagai wali yang memiliki karisma dan pengaruh besar dalam menyebarkan Islam.

Makam Sunan Kalijaga yang berlokasi di Desa Kadilangu, sekitar dua kilometer dari kota, sering dikunjungi oleh para peziarah yang ingin mendapatkan berkah dan menelusuri jejak sejarahnya.

Sunan Kalijaga juga dikenal dengan pendekatan kulturalnya yang memadukan ajaran Islam dengan budaya lokal, menjadikannya salah satu wali yang paling dihormati dalam sejarah Islam Nusantara.

Keberadaan Masjid Agung Demak dan Kompleks Pemakaman Kesultanan Bintoro menjadi bukti nyata kekayaan warisan budaya dan sejarah yang dimiliki oleh kota ini. Mereka tidak hanya sebagai objek wisata religi, tetapi juga sebagai tempat untuk mengenang dan menghargai perjalanan panjang Islam di Indonesia.

Potensi Wisata Religi

Analisis data pengunjung ke Masjid Agung Demak menunjukkan bahwa tempat ini merupakan salah satu daya tarik utama bagi wisatawan. Pada periode Liburan Lebaran antara 31 Maret hingga 15 April 2024, Masjid Agung Demak mencatatkan kunjungan sebanyak 131.903 orang.

Angka ini menunjukkan bahwa masjid ini tidak hanya dikenal oleh masyarakat lokal, tetapi juga menarik perhatian pengunjung dari luar daerah. Jika dibandingkan dengan tujuan wisata populer lainnya di Jawa Tengah, seperti Kota Lama Semarang dan Masjid Sheikh Zayed Solo, posisi Masjid Agung Demak berada di urutan ketiga dalam hal jumlah pengunjung.

Data kunjungan wisatawan yang tercatat oleh Disporabud Jateng menunjukkan bahwa pada tahun 2022, Masjid Agung Demak menerima 399.150 wisatawan, menjadikannya salah satu objek wisata religi dengan angka kunjungan yang cukup signifikan.

Sebagai perbandingan, beberapa objek wisata lain seperti Makam Pandanaran di Klaten dan Menara Kudus hanya mencatatkan angka pengunjung 77.407 dan 172.006, sementara Lawang Sewu dan Kota Lama Semarang masing-masing menerima 515.482 dan 1.275.081 pengunjung. Hal ini menunjukkan bahwa potensi wisata religi di Demak masih memiliki ruang yang besar untuk dikembangkan.

Demak seharusnya menjadi destinasi utama untuk wisata religi karena kekayaan sejarah dan budaya yang dimilikinya. Sebagai pusat penyebaran Islam di Jawa, keberadaan Masjid Agung dan makam para wali, termasuk Sunan Kalijaga, menjadikan kota ini sebagai lokasi yang kaya akan nilai spiritual dan historis.

Selain itu, potensi pengembangan infrastruktur dan konektivitas yang lebih baik, seperti pembangunan jalan tol Semarang-Demak, memudahkan aksesibilitas bagi wisatawan.

Demak juga memiliki peluang untuk menarik lebih banyak pengunjung dengan melakukan revitalisasi kawasan wisata religi.

Dengan pemanfaatan potensi yang ada, serta peningkatan promosi dan penyediaan fasilitas yang memadai, Demak dapat mengukuhkan posisinya sebagai salah satu tujuan wisata religi terkemuka di Indonesia.

Revitalisasi Kawasan Wisata Religi

Revitalisasi merupakan istilah yang merujuk pada proses penghidupan kembali suatu kawasan atau objek yang mungkin telah mengalami penurunan fungsi atau popularitas. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), revitalisasi diartikan sebagai proses perbuatan menghidupkan kembali atau menggiatkan kembali.

Dalam konteks Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, revitalisasi diartikan sebagai upaya untuk meningkatkan nilai lahan atau kawasan melalui pembangunan kembali, yang bertujuan untuk meningkatkan fungsi kawasan tersebut.

Contoh revitalisasi yang berhasil dapat dilihat di Kota Lama Semarang. Setelah dilakukan revitalisasi, kawasan ini menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di Jawa Tengah. Keberhasilan revitalisasi Kota Lama tidak hanya terletak pada perbaikan fisik bangunan, tetapi juga pada penataan ruang publik dan peningkatan fasilitas bagi pengunjung. Hal ini menjadikan Kota Lama Semarang semakin menarik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.

Demak dapat menerapkan pendekatan serupa untuk meningkatkan daya tarik wisatanya. Dengan memfokuskan pada revitalisasi kawasan wisata religi, pemerintah daerah dapat mengidentifikasi kawasan-kawasan yang membutuhkan perbaikan, seperti sekitar Masjid Agung dan kompleks pemakaman para wali. Peningkatan fasilitas seperti area parkir, aksesibilitas, dan ruang publik yang ramah pengunjung dapat membuat pengalaman wisata menjadi lebih baik.

Selain itu, Demak juga bisa mengembangkan program-program edukasi yang mengedukasi pengunjung tentang sejarah dan budaya Islam di kawasan tersebut. Hal ini tidak hanya akan menarik lebih banyak wisatawan, tetapi juga memperkuat identitas Demak sebagai 'Kota Wali'.

Dengan melakukan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan pihak swasta, revitalisasi kawasan wisata religi di Demak dapat menciptakan sinergi yang positif untuk menarik lebih banyak pengunjung dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

Usulan Strategi Revitalisasi di Demak

Untuk meningkatkan daya tarik kawasan wisata religi di Demak, Pemkab Demak perlu melobi pemerintah pusat dengan beberapa rekomendasi strategis.

Pertama, pengembangan infrastruktur menjadi krusial. Pembangunan jalan yang lebih baik, area parkir yang memadai, dan aksesibilitas yang lebih mudah ke situs-situs bersejarah seperti Masjid Agung Demak dan Makam Sunan Kalijaga akan memberikan kenyamanan bagi wisatawan. Pemkab perlu menyusun proposal yang jelas dan detail mengenai kebutuhan infrastruktur ini, serta dampak positif yang bisa dihasilkan bagi perekonomian lokal.

Kedua, pencarian koleksi barang-barang bersejarah sangat penting untuk memperkaya nilai sejarah dan budaya kawasan wisata. Pemkab dapat berkolaborasi dengan kolektor, museum, dan institusi budaya untuk mendapatkan atau meminjamkan benda-benda bersejarah yang terkait dengan Kesultanan Demak. Ini tidak hanya akan menarik pengunjung, tetapi juga memberikan edukasi yang lebih mendalam tentang sejarah Demak sebagai pusat peradaban Islam.

Ketiga, pembuatan replika Kasultanan Demak dapat menjadi daya tarik tersendiri. Replika ini bisa berfungsi sebagai wahana edukasi bagi pengunjung untuk memahami lebih dalam tentang sejarah dan budaya Kesultanan Demak. Pemkab perlu mengajukan rencana pembuatan replika ini kepada pemerintah pusat, termasuk estimasi biaya dan lokasi yang strategis untuk menempatkannya.

Selain itu, promosi yang lebih aktif di media sosial dan platform digital juga perlu dilakukan untuk memperkenalkan Demak sebagai destinasi wisata religi yang menarik. Pemkab bisa menggandeng influencer atau blogger yang fokus pada wisata religi untuk memperluas jangkauan informasi mengenai keunikan Demak.

Dengan langkah-langkah di atas, diharapkan Demak dapat merevitalisasi kawasan wisata religinya dan menarik lebih banyak pengunjung, sehingga dapat berkontribusi pada peningkatan ekonomi masyarakat lokal serta penguatan identitas budaya dan sejarah kota ini.

Persiapan Konektivitas dan Infrastruktur

Konektivitas merupakan faktor krusial dalam pengembangan sektor pariwisata, terutama untuk meningkatkan aksesibilitas ke destinasi wisata. Pembangunan jalan tol Semarang-Demak menjadi langkah strategis dalam memperkuat konektivitas antara Demak dan kota-kota besar di sekitarnya.

Dengan adanya akses yang lebih baik, diharapkan jumlah kunjungan wisatawan ke Demak, khususnya ke objek-objek wisata religi seperti Masjid Agung Demak dan Makam Sunan Kalijaga, akan meningkat secara signifikan.

Dampak positif dari peningkatan konektivitas sangat jelas terlihat pada sektor pariwisata. Jalan tol yang menghubungkan Semarang dan Demak memungkinkan wisatawan dari berbagai daerah, seperti Solo, Yogyakarta, dan bahkan Surabaya, untuk mengunjungi Demak dengan lebih mudah dan cepat.

Hal ini berpotensi meningkatkan jumlah pengunjung yang datang untuk berziarah maupun sekadar menikmati keindahan dan kekayaan sejarah kota ini. Dalam konteks ini, pemerintah daerah harus mempersiapkan berbagai hal agar Demak dapat menyambut lonjakan jumlah wisatawan yang diharapkan.

Salah satu langkah persiapan yang dapat dilakukan adalah memastikan infrastruktur pendukung, seperti area parkir yang memadai dan fasilitas umum yang bersih dan nyaman.

Tempat ibadah dan kawasan wisata harus dilengkapi dengan sarana yang memungkinkan pengunjung merasakan pengalaman yang menyenangkan. Selain itu, perlu ada penataan ruang publik yang baik agar wisatawan merasa nyaman berkunjung dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar.

Demak juga perlu mengembangkan strategi pemasaran yang efektif untuk mempromosikan kawasan wisata religinya. Penyediaan informasi mengenai sejarah, budaya, dan keunikan Demak harus dioptimalkan melalui media sosial, website, dan kerjasama dengan platform pariwisata. Dengan cara ini, Demak bisa menjadi pilihan utama bagi wisatawan yang mencari pengalaman spiritual dan edukasi.

Terakhir, penting bagi pemerintah daerah untuk bekerja sama dengan masyarakat lokal dalam mempersiapkan diri menyambut peningkatan kunjungan wisatawan. Pelatihan untuk pemandu wisata, penyedia makanan, dan layanan lainnya bisa dilakukan untuk meningkatkan kualitas layanan yang diberikan.

Dengan langkah-langkah ini, Demak tidak hanya siap menghadapi lonjakan kunjungan, tetapi juga dapat memanfaatkan momen tersebut untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat dan memperkuat identitas 'Kota Wali' sebagai destinasi wisata religi yang penting di Indonesia.

Tantangan dan Peluang

Dalam menyambut peningkatan jumlah wisatawan, Demak menghadapi berbagai tantangan yang perlu diatasi agar dapat memaksimalkan potensi wisata religinya. Salah satu tantangan utama adalah kualitas layanan yang masih perlu ditingkatkan.

Banyak pengunjung yang mengharapkan pengalaman yang memuaskan, baik dari segi pelayanan di lokasi wisata maupun fasilitas pendukung lainnya. Kurangnya pelatihan bagi pemandu wisata dan staf layanan dapat mengakibatkan ketidakpuasan pengunjung, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi keputusan mereka untuk kembali berkunjung.

Selain itu, masalah infrastruktur juga menjadi tantangan signifikan. Meskipun adanya pembangunan jalan tol Semarang-Demak diharapkan dapat meningkatkan aksesibilitas, namun area parkir yang memadai, fasilitas umum yang bersih, dan ruang transit yang nyaman masih perlu diperhatikan.

Tanpa adanya infrastruktur yang mendukung, Demak berisiko kehilangan pengunjung yang mencari kenyamanan dan kemudahan saat berwisata. Namun, di balik tantangan tersebut, terdapat peluang besar untuk meningkatkan kualitas layanan, kuliner, dan infrastruktur wisata.

Pertama, peningkatan pelatihan bagi pemandu wisata dan pengelola layanan dapat meningkatkan pengalaman pengunjung. Program-program pelatihan yang melibatkan masyarakat lokal dapat membantu mereka memahami pentingnya layanan yang baik dan bagaimana cara meningkatkan kualitas interaksi dengan wisatawan.

Kedua, pengembangan kuliner lokal sebagai daya tarik wisata juga sangat berpotensi. Demak dapat mempromosikan makanan khas daerah yang unik untuk menarik perhatian wisatawan.

Festival kuliner atau bazar makanan yang menampilkan produk lokal dapat menjadi cara efektif untuk menarik pengunjung, sekaligus meningkatkan pendapatan masyarakat.

Ketiga, revitalisasi kawasan wisata religi, termasuk penataan ruang publik dan pengembangan fasilitas yang ramah pengunjung, dapat menciptakan pengalaman yang lebih baik.

Dengan mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki dan mengembangkan fasilitas seperti toilet umum, area istirahat, dan tempat makan yang nyaman, Demak dapat meningkatkan daya tariknya sebagai tujuan wisata.

Dengan memanfaatkan peluang ini, Demak tidak hanya akan siap menghadapi tantangan yang ada, tetapi juga dapat menjadi salah satu destinasi wisata religi terkemuka di Indonesia, yang dikenal dengan layanan berkualitas, kuliner khas, dan infrastruktur yang memadai.

Kesimpulan dan Harapan

Demak, sebagai 'Kota Wali', memiliki potensi yang sangat besar dalam pengembangan wisata religi. Dengan warisan sejarah yang kaya, termasuk Masjid Agung dan makam para wali, kota ini tidak hanya menarik perhatian wisatawan lokal tetapi juga internasional.

Data kunjungan yang menunjukkan angka signifikan menjadi bukti bahwa Demak memiliki daya tarik yang kuat. Namun, untuk memaksimalkan potensi ini, diperlukan kesungguhan dari pemerintah dan masyarakat.

Harapan untuk masa depan wisata religi di Demak sangat bergantung pada upaya revitalisasi dan pengembangan infrastruktur. Pemerintah daerah diharapkan dapat melakukan lobi kepada pemerintah pusat untuk mendapatkan dukungan dalam revitalisasi kawasan wisata religi.

Selain itu, penting bagi Pemkab Demak untuk meningkatkan konektivitas dan aksesibilitas menuju situs-situs bersejarah, sehingga lebih banyak pengunjung dapat menikmati keindahan dan kekayaan budaya yang ada.

Masyarakat juga memiliki peran penting dalam mewujudkan visi ini. Dengan meningkatkan kualitas layanan, pelatihan bagi pemandu wisata, serta promosi kuliner lokal, Demak dapat menawarkan pengalaman yang lebih memuaskan bagi setiap pengunjung.

Komitmen dari semua pihak—pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta—adalah kunci untuk menjadikan Demak sebagai salah satu tujuan wisata religi terkemuka di Indonesia.

Dengan harapan yang tinggi dan kerja sama yang solid, Demak dapat menjadi contoh sukses dalam pengembangan wisata religi yang tidak hanya menguntungkan secara ekonomi tetapi juga memperkuat identitas budaya dan spiritual kota ini.