Puluhan tahun pedagang terminal Wirosari keluhkan Pemkab Grobogan yang terkesan abai terhadap nasib para pedagang terminal, sehingga meski kondisi terminal rusak parah tak kunjung ada perbaikan.
- Hari Pertama Pelayanan Tatap Muka di Dispendukcapil Kudus, Pengunjung Wajib Ambil Nomer Antrian Secara Online
- Penyuntikan Vaksin Dosis 2 oleh DPC Petanesia Blora di Ledok, Warga: Ini Sangat Membantu
- Pekerjaan Fisik Kawasan Kota Pusaka Lasem Rembang Resmi Dimulai
Baca Juga
Kondisi aspal terminal hampir seluruhnya mengelupas. Saluran air pun tak lancar akibat banyaknya bangunan liar yang menutupi saluran, sehingga saat hujan tiba kondisi terminal tergenang yang membuat masyarakat enggan berkunjung di terminal.
Para pedagang yang lelah menunggu kepedulian pemerintah pun berinisiatif melakukan pengurugan secara swadaya, dengan mengumpulkan iuran selama 3 bulan serta dana pribadi. Dengan dana pribadi mereka membeli sirtu untuk lakukan pengurugan di lokasi yang tergenang.
Mereka mengaku di tiap bulan rutin melakukan iuran senilai Rp 27.500 per kios untuk uang kebersihan, sementara per tahun mereka membayar Rp 200 ribu per tahun.
Di terminal sendiri terdapat sekitar 29 kios yang beroperasi setiap harinya. Untuk agen bus yang beroperasi saat ini sebanyak 11 agen, mereka mengeluarkan Rp 5 ribu per hari untuk kebersihan.
"Sebagai pedagang kita bisa apa, iuran bulanan dan tahunan kita tertib membayar tapi imbal balik dari pemerintah tidak jelas, selama berdagang di terminal belum ada kebijakan berpihak pada kita," ujar salah satu pedagang terminal Sutrisno, Rabu (5/1/2022).
Ia juga mengeluhkan banyaknya bangunan liar di depan kios menjadi salah satu penyebab tersendatnya saluran air, namun hingga saat ini tidak ada tindakan tegas dari pemerintah.
Senada diungkapkan Sapardi (50), para pelanggan yang datang ke kios miliknya menurun drastis akibat kondisi lokasi terminal yang tak kunjung mendapat perbaikan.
"Selama 6 tahun ini belum ada perbaikan sama sekali. Kalo tidak salah sekitar tahun 2015 pernah dilakukan pengurugan sirtu, sementara untuk pengaspalan tidak ada," terangnya.
Terpisah, Ka Uptd terminal Wirosari Budi Yuwono mengatakan, terhambatnya pembangunan terminal karena kondisi pandemi saat ini.
"Untuk pembangunan sudah kita usulkan ke pemkab, namun realisasi memang belum dianggarkan, adapun pengurugan dengan matreal sirtu rencana Pebruari mendatang," jelasnya.
- Ketua Umum Eko Priyono: Petanesia Tetap Akan Jadi Ormas Kebangsaan Wadah Jaga NKRI
- Pemkab Blora Maksimalkan Peran Media dalam Pelayanan Publik
- Tidak Transparan dan Banyak Kecurangan, Pengisian Perangkat Desa di Blora Ditunda