Dua anak perempuan di Desa Mlaten, Kecamatan Mijen, Kabupaten Demak, dilarang keluar rumah selama dua tahun sejak pandemi Covid19, hingga saat ini.
- Sekda Jateng Menilai Cara Penggunaan Alat Antropometri Temui Kendala
- Tekan Pandemi, Polres Sukoharjo Intensifkan Operasi Yustisi dan Penyekatan Jalan
- 1.064 Pedagang Sudah Ditetapkan Masuk Pasar Johar
Baca Juga
Solekatun, melarang kedua anaknya ASN (13) dan ASB (8), untuk keluar dan memilih mengurung keluarganya di dalam rumah, sejak dua tahun hingga sekarang. Bahkan, selama dua tahun pula, dua anak tersebut tidak diijinkan ibunya untuk bersekolah.
Ketua RT 1 RW 2 Desa Mlaten, Kecamatan Mijen, Kabupaten Demak, Asmudi, mengatakan, tertutupnya Solehkatun berserta anaknya itu ketika awal pandemi covid19 sampai sekarang. Keluarga itu, keluar hanya seminggu sekali ketika ayahnya pulang kerumah.
Suami Solekatun bernama Supriono, bekerja di mabel Mranggen dan hanya pulang ke rumah seminggu sekali.
"Memang sudah hampir 2 tahun ini dikurung di rumah saja. Kalau ada keperluan, sesekali suami pulang malam minggu diajak jalan-jalan sama anaknya berempat," kata Asmudi.
Melihat kondisi keluarga tersebut, para tetangga mencoba membujuk agar mereka kembali berbaur dan anak Solekatun dapat bersekolah lagi.
Namun, Solekatun justru marah-marah saat dirayu untuk keluar rumah dan meminta anaknya untuk sekolah.
Tidak hanya tetangga saja, perangkat desa dan pihak sekolah pun sempat membujuk Solekatun untuk menyekolahkan anaknya. Akan tetapi bujuk rayu itupun tidak merubah keputusan Solekatun.
Keputusan tidak menyekolahkan anaknya pun disayangkan oleh pihak sekolah, sebab kedua anak Solekatun dinilai cukup cerdas dan penurut.
"Saya lihat sejak kecil sekolahnya memang pintar dan berprestasi, dari dulu di pantau wali kelasnya berprestasi, semuanya nurut," jelasnya.
Saat ini, kondisi kedua anak itu sangat memperihatinkan. ASN terlihat hanya terdiam dan menangis saat diajak ngobrol. Sedangkan ASB anak kedua juga terlihat diam dengan pandangan kosong ke bawah.
Ketika ingin diajak mengobrol dengan orang lain, anak pertama terlihat berdiam dan menangis di dalam kamar sambil menutupi wajahnya dengan bantal.
Sebelum pandemi covid19, Solehkatun dan keduanya terkenal sebagai orang baik dan suka mengikuti kegiatan di masjid.
"Waktu dulu anaknya bersekolah sering keluar bahkan ibunya kalau ada kegiatan di masjid ikut kegiatan dan memberikan jajan ke masjid," pungkas Asmudi.
Sementara itu, Kepala Desa Mlaten, Zumar Azari, mengatakan, hingga saat ini, pihaknya terus berusaha agar kedua anak Solekatun dapat kembali bersekolah.
"Kami tetap berusaha untuk memberikan semangat dan pengertian agar kedua anak Solekatun kembali bersekolah," terang Zumar.
- DPU Kota Semarang Mulai Bangun Taman Bubakan
- Warga Mayahan Grobogan Nekad Urug Jalan Provinsi
- Kapolres Grobogan Turun Langsung di Waduk Kedungombo Pastikan Keamanan Wisata Air