- Meriahnya Kirab Budaya HUT ke 58 Batang, Ribuan Warga Penuhi Jalanan
- H. Muntohar Apresiasi Dukungan Pemkab Demak dalam Gelaran Pasar Rakyat Grebeg Besar
- Lewat Sesaji Rewanda Goa Kreo, Wali Kota Semarang Ingatkan Jaga Alam Sekitar
Baca Juga
Pentas lakon “Salah Kejadian” segera dipertunjukkan secara apik dan kolosal, oleh Teater Keluarga Segita (Keset) Kudus di sejumlah kota di Jawa Tengah.
Pementasan tersebut juga mewarnai rangkaian berdirinya teater yang kini menapaki usia ke 15 tahun.
Pertunjukkan lakon yang diangkat ke atas panggung teater ini, merupakan karya Idham Ardhi Nurcahyo yang dinobatkan sebagai naskah terbaik peraih penghargaan Prasidatama 2023.
“Kami mengangkat naskah ini, karena materinya bagus dan juga membiasakan untuk berdialog dengan naskah-naskah lokal karya teman-teman sendiri,” ujar Hadi S Kadal, sutradara pementasan, Minggu (10/3).
Meski mengangkat naskah lokal, bukan berarti Hadi menolak mementaskan naskah besar karya penulis-penulis top lainnya.
Alasannya, naskah yang ditulis teman-teman lokal, dinilai jernih dan genuine dan memotret realitas sosial di sekitar masyarakat.
“Basic naskah lakon 'Salah Kejadian' yang akan tampil di lapangan Basket Universitas Muria Kudus Sabtu, 9 Maret 202, merupakan realis dengan tingkat kerumitan konflik yang tinggi,” ucap Hadi.
Hadi memaparkan, pementasan lakon 'Salah Kejadian' dibuka dengan adegan persoalan dalam rumah tangga Gono (dimainkan Buseng) dan Gini (Siwi Agustin). Pasangan suami istri ini mempunyai dua anak, Nina (Arum) dan Ujang (Yakin).
“Realitas sosial yang khas, keluarga adalah komunitas terkecil dalam masyarakat kita yang penuh renik-renik konflik dan segala macam persoalan masing-masing yang kadang sepele tapi bikin pusing,” terang Hadi S. Kadal.
Gono menikahi Gini karena hamil (dengan sengaja). Kemudian Nina memilih profesi sebagai wanita penghibur. Kemudian adiknya Ujang berprofesi sebagai aparat hukum yakni Satpol PP.
“Di titik inilah, konflik-konflik sosial itu menemukan momentum untuk meledak menjadi cerita yang cenderung rumit,” tukasnya.
Hadi melanjutkan, pilihan konflik terus mengalir hadirnya Tarji (Hadi), seorang penyair yang jatuh cinta kepada Nina yang memandang kehidupan dengan sudut pandangnya, atau Mita (Ella) siswa SMK yang baru mulai mengenal kehidupan kerja yang kadang-kadang sok tahu.
“Rumitnya konflik-konflik dalam cerita itu, kami siasati dengan membentuk dua ruang adegan yang terpisah namun menyatu. Dua panggung,” katanya.
Sementara itu, Dito Mora, asisten sutradara menambahkan, pentas ini Teater Keset Kudus tengah “ngumpulke balung” untuk tetap menghidupkan kesenian di Kudus yang akhir-akhir ini tampak meredup.
Rencananya setelah pertunjukkan dari Kudus, pentas serupa akan dikelilingkan kesejumlah kota di Jawa Tengah. Diantaranya bertempat di Auditotium UIN Semarang (25/4) dan di Pendopo Pengayoman Temanggung (4/4) mendatang.
- Ini Arti Tema Semarang Night Carnival
- Terkendala Dana, Ekskavasi Candi Tertua Jateng di Batang Terpaksa Mandeg
- Pulangkan Prasasti Sangguran ke Tanah Air, Perlu Political Will yang Kuat