Mulai masuknya Kota Semarang dalam PPK Level 1 memang membuat ada sejumlah kelonggaran yang ditetapkan oleh Walikota Semarang, Hendrar Prihadi, berdasarkan Inmendagri Nomor 53 Tahun 2021 tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Level 3, Level 2 dan Level 1 Covid-19. Salah satunya yakni sektor Pariwisata. Jika Sebelumnya pada Level 2, pengunjung tempat wisata, tempat makan dan tempat hiburan dibatasi hanya dengan kapasitas 50 persen, saat ini meningkat menjadi 75 persen.
- Target Pendapatan Perubahan APBD 2023 Naik Jadi Rp2,2 Triliun
- Pajak Bumi dan Bangunan Alami Kenaikan Hingga 20 Persen
- Bapenda Kota Semarang Sebut Piutang PBB Capai Rp676 Miliar
Baca Juga
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, Indriyasari mengatakan jika saat ini pihaknya tengah dalam tahap sosialisasi terkait dengan berubah Level PPKM Kota Semarang menjadi Level 1. Dirinya menyebut dengan kelonggaran yang ditetapkan bukan berarti tidak ada pembatasan.
"Bukan berarti Level 1 bebas tapi hanya pembatasan yang sedikit mendapat kelonggaran, misalnya yang dulunya kapasitas 50 persen sekarang 75 persen, jam operasional juga sekarang bisa buka sampai jam 24.00," terang Iin, sapaan akrabnya, Selasa (26/10).
Iin menyampaikan kepada semua pengelola sektor pariwisata dan hiburan untuk tidak lengah dalam memberlakukan protokol kesehatan bagi pengunjung yang datang. Bahkan dirinya meminta untuk tempat wisata, tempat makan, baik resto dan cafe, hotel dan tempat hiburan sudah mengantongi sertifikat CHSE dan menerapkan aplikasi PeduliLindungi.
"Yang harus kita persiapkan adalah bagi para pengelola jangan sampai lengah terhadap protokol kesehatan, sertifikasi CHSE, aplikasi PeduliLindungi harus kita optimalkan," jelasnya.
Meski sudah ada beberapa tempat wisata di Kota Semarang yang sudah menerapkan penggunaan aplikasi PeduliLindungi, namun diakui Iin masih ada beberapa tempat wisata yang masih menggunakan cara manual yakni dengan menunjukkan kartu sertifikat vaksin.
"QR codenya sedang kita sosialisasikan dan sedang dalam proses pendaftaran ke Kemenkes, sedangkan CHSE rata-rata sudah memiliki semua baik tempat wisata, hotel dan resto," tuturnya.
Disinggung tentang target yang akan diraih di sektor Pariwisata, Iin menyebut tidak akan muluk-muluk mengejar jumlah pengunjung, namun kualitas pengunjungnya lah yang akan menjadi prioritasnya. Dia menyebut akan menyasar pada wisata-wisata khusus seperti wisata religi, wisata heritage, maupun sport tourism.
"Jadi misalnya religi orang bisa fokus pada satu tempat dan akan lama di tempat itu jadi tidak banyak berpindah tempat, lalu yang hobi dengan alam misalnya ke desa wisata atau menginap di homestay, sehingga lama tinggal nya yang coba kita optimalkan, kalau kuantitasnya belum dulu," paparnya.
Seperti halnya wisata religi maupun heritage, Iin mengatakan salah satu sport tourism yang akan dikembangkan lagi adalah di Banjir Kanal Barat. Selama ini, lanjut Iin, sudah ada wisata dayung dan Jetski, namun bagi pecinta olahraga air, pada tahun 2022, Disbudpar merencanakan akan menambahkan sport tourism di BKB.
"Sport tourism BKB rencana tahun depan dan sebenarnya BKB kan saat ini sudah ada Jetski dan dayung, jadi dua itu sudah saling sinergi," ungkapnya.
Terkait laporan jumlah kunjungan wisata setelah Semarang memasuki Level 1, Iin mengaku belum ada laporan terkait hal tersebut. Tapi jika dilihat dari peningkatan mobilitas yang terjadi dilapangan, bisa dipastikan aktivitas ekonomi masyarakat di bidang pariwisata sudah mulai bergeliat kembali.
"Kita lihat kondisinya di lapangan terjadi peningkatan misalnya saja kita lihat jalan sudah ramai, hotel, resto juga rata-rata penuh sehingga memang ada pergerakan dan aktivitas masyarakat sudah mulai meningkat," pungkasnya.
- Target Pendapatan Perubahan APBD 2023 Naik Jadi Rp2,2 Triliun
- Pajak Bumi dan Bangunan Alami Kenaikan Hingga 20 Persen
- Bapenda Kota Semarang Sebut Piutang PBB Capai Rp676 Miliar