Pengamat terorisme Solahudin mengatakan jaringan teroris
dunia termasuk Indonesia menggunakan media sosial secara maksimal untuk
mengembangkan paham radikalisme.
- Dugaan Keterlibatan Oknum Jurnalis Di Balik Kasus Penembakan Pelajar Semarang
- Buat Tambahan Modal, Sepasang Kekasih Gadaikan Sepeda Motor Rental
- Polres Kudus Usut Tuntas Kasus Kekerasan Oknum Suporter Persijap
Baca Juga
Yang berbeda dengan jaringan terorisme di Indonesia, mereka hanya menggunakan media sosial untuk menyebarkan paham radikalisasi, sementara rekrutmen calon pengantin dilakukan lewat pengajian.
"Di Indonesia, radikalisasi betul lewat media sosial, tapi proses rekrutmen (calon pengantin) dilakukan secara offline, tatap muka," kata Solahudin dalam diskusi 'Cegah dan Perangi Aksi Teroris' di kantor Kominfo, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Rabu (16/5) dikutip dari Kantor Berita RMOL
Dipilihnya tatap muka untuk proses rekrutmen ketimbang lewat media sosial kata dia karena Indonesia sangat menjunjung tinggi kebebasan berekspresi seperti berorganisasi.
"Di Indonesia ini kita punya kebebasan berekspresi
dan berorganisasi. Kita dengan mudah menemukan pengajian yang berbau
radikal. Kita menikmati kebebasan berekspresi dan berorganisasi,"
pungkas Solahudin.
- Parpol Wajib Mengganti 202 Bacaleg Eks Napi Korupsi
- Mantan Direktur YLBHI Minta Presiden Turun Tangan soal Investasi Telkomsel ke GO TO
- Ratusan Orang Diduga Tertipu Arisan Online Ratusan Miliar di Salatiga