Tidak Mau Direlokasi, PKL Kali Es Audiensi Dengan Pemkot Semarang

Relokasi PKL di bantaran Kali Es, Sawah Besar hingga kini masih menuai polemik, karena PKL yang berdagang di bantaran tidak mau adanya relokasi.


Relokasi PKL di bantaran Kali Es, Sawah Besar hingga kini masih menuai polemik, karena PKL yang berdagang di bantaran tidak mau adanya relokasi.

Perwakilan Pedagang Kaki Lima dari Paguyuban Manunggal Jaya Abadi mendatangi Kantor Balaikota Semarang untuk beraudiensi dengan Pemerintah Kota Semarang.

Dalam hal ini, 10 orang perwakilan PKL ditemui langsung oleh Pelaksana Harian (Plh) Wali Kota Semarang, Iswar Aminuddin bersama Balai Besar WIlayah Sungai (BBWS) Pemali Juana, Kepala Dinas Perdagangan, Kepala Satpol PP, Camat Gayamsari hingga Lurah Sawah Besar.

Bambang, salah satu perwakilan pedagang menyampaikan keinginan para pedagang agar relokasi tidak dilakukan. Jika hanya normalisasi, Bambang mengaku tidak ada masalah, namun jika PKL harus meninggalkan bantaran sungai yang sudah menghidupi mereka selama bertahun-tahun, pihaknya mengaku tidak bisa.

"JIka memang hanya normalisasi kami tidak ada masalah, tapi jika kami harus direlokasi dan tidak kembali lagi kesini, kami tidak mau. Karena di tempat relokasi bisa jadi dagangan kami tidak laku karena tidak banyak orang yang tahu karena lokasinya tidak strategis," ungkap Bambang.

Bambang menambahkan, jika lapak dagangan mereka harus dibongkar untuk sementara waktu saat proyek normalisasi berlangsung, tidak jadi masalah.

Meskipun untuk sementara waktu harus pindah ke tempat yang disediakan oleh pemerintah, tapi jika harus selamanya berada di tempat relokasi, PKL menolak keras.

"Katanya kami akan dipindah ke Pasar Dargo atau pasar Penggaron, tidak masalah kalau sementara, nanti selesai normalisasi kami kembali lagi ke bantaran. Karena di pasar tersebut sepi, contohnya pedagang yang direlokasi sebelumnya itu semua gulung tikar ditempatkan disitu," keluhnya.

Sementara itu, Iswar mengatakan, jika normalisasi yang akan dilakukan di Kali Es ini bertujuan untuk mengantisipasi banjir yang selalu terjadi di Sawah Besar dan Pasar Waru saat musim penghujan tiba seperti saat ini.

Seharusnya, tambahnya, bantaran sungai itu memang bukan untuk tempat tinggal dan tempat berdagang.

"Masyarakat tidak ingin digusur, tapi sebenarnya kami ini ingin mengatasi banjir di wilayah sana karena Kali Es ini sedimentasinya sudah sangat tebal dan sempit yang menyebabkan banjir di wilayah sawah besar dan Pasar Waru terjadi," ucap Iswar usai melakukan audiensi dengan PKL, Rabu (24/2).

Iswar menyebutkan, terkait tempat tinggal bagi warga yang tinggal di bantaran Kali Es akan di pindah ke Rusun, bahkan 40 KK diantaranya sudah menempati rumah susun tersebut.

Hanya tinggal sekitar 22 KK yang belum masuk ke rumah susun. Sedangkan untuk tempat berdagang, Pemkot melalui Dinas Perdagangan telah menyiapkan dua pasar yakni Pasar Klitikan Penggaron dan Pasar Dargo yang bisa ditempati pedagang.

"Tidak ada uang tali asih karena ada opsi relokasi di pasar penggaron atau pasar dargo. Saya kira dua lokasi itu sudah bagus daripada masyarakat menempati lahan yang bukan tempat yang resmi malah tidak tenang," tuturnya.

Kepala Dinas Perdagangan, Fravarta Sadman mengatakan, dua pasar memang telah disiapkan dengan kapasitas yang berbeda. Untuk pasar klitikan penggaron, diakuinya bisa menampung semua PKL dari Kali Es yang berjumlah 102 orang.

"Jika semua mau jadi satu bisa ke pasar klitikan Penggaron karena yang di bagian tengah masih kosong dan memungkinakan di isi 102 PKL dengan ukuran lapak 4x2 meter persegi. Selain itu pasar Dargo juga masih bisa kalau hanya 20 PKL masih bisa menampung tapi ukuran nya 2x2 meter persegi," jelas Fravarta.

Fravarta juga menjelaskan jika pasar tersebut sudah siap untuk langsung ditempati oleh pedagang kapanpun mereka akan masuk.