Pencapresan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto sampai saat ini belum diketahui kapan akan digelar atau mungkin tidak sama sekali. Pencapresan mantan Komandan Kopassus itu ibarat lagu Syahrini "Maju Mundur Cantik".
- Disesalkan, PB IPSI Kurang Selektif dalam Memilih Pengurus
- Pamit, Ganjar Kenang Pungli Jembatan Timbang Subah di Batang
- Bawaslu-Pemda Batang Siap Tindak ASN 'Nakal'
Baca Juga
Dilansir Kantor Berita Politik RMOL, Pemerhati politik sekaligus Direktur Mahara Leadership, Iwel Sastra kepada redaksi mengatakan, ada tiga faktor yang membuat maju mundur pencapresan Prabowo.
Pertama, soal survei, di era pemilihan langsung, survei sudah seperti panduan bagi kandidat dan parpol dalam menentukan sikap politik. Survei untuk mengkaji dan mengukur elektabilitas sang kandidat.
"Saat ini elektabilitas Prabowo kan masih jauh di bawah petahana Joko Widodo. Prabowo juga tidak bisa menjaga pemilihnya pada Pilpres 2014. Dan dia malah semakin tergerus dengan hadirnya tokoh-tokoh baru," sebut Iwel, Sabtu (31/3).
Kedua, terkait ambang batas pencalonan presiden dan wakil presiden (presidential threshold) 20 persen. Gerindra yang memiliki 13 persen tidak bisa mengajukan pasangan capres-cawapres sendiri. Gerindra harus berkoalisi dengan PKS atau PAN, dan atau dengan keduanya.
"Di sini, Prabowo melihat juga kesetiaan koalisinya. Terutama PKS yang sudah jadi soulmate," terang Iwel.
Ketiga atau yang terakhir, soal opini yang beredar agar Prabowo jadi king maker saja. Prabowo lagi mendengar masukan-masukan dari beberapa tokoh dan pengamat agar jadi king maker seperti Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri pada Pilpres 2014 yang mengusung Jokowi.
"Tentu Prabowo sebagai negarawan mendengarkan masukan-masukan itu. Dia menimbang-nimbang akan tetap maju atau ke tokoh lain," demikian Iwel.
- Live TikTok Gibran di Kampanye Terakhir Capai 2,2 Juta Penonton
- KPU Sukoharjo Gelar Simulasi Pemungutan Suara Pilkada 2024
- Banyak Warga Mengucapkan Selamat Pada Harno Dengan Mengirim Karangan Bunga