Tim Judo Tuna Netra Indonesia dipastikan menjadi juara umum judo tunanetra dalam ASEAN Para Games XI 2022. Kontigen mengoleksi sembilan emas, lima perak, dan tiga perunggu.
- Ditahan Imbang di Kandang, Persipa Pati Akui Ketangguhan Nusantara United di Laga Pegadaian Liga 2
- Top Skor Sepanjang Masa, Hari Nur Yulianto Resmi Berpisah dari PSIS Semarang
- Jepara Borong Medali Emas di Kejurprov Renang Jatidiri
Baca Juga
Indonesia menurunkan 16 atlet dan sejatinya mereka hanya ditargetkan merebut lima emas dari 18 nomor yang dipertandingkan. Namun kemenangan Indonesia ditutup dengan manis oleh kelas beregu putra dan putri, yang digelar Kamis (4/8).
Skuad blind judo putra Indonesia menurunkan Junaedi, Shidiqrafli Ahmad dan Tony Ricardo Mantolas. Sedangkan pertandingan beregu putri yang diikuti dua negara, yakni Filipina dan Indonesia, dimenangkan tim Merah Putih.
Menurunkan skuad Novia Larrasati, Garini Melinda Artia, Fadillah Nurul, dan Maghfira Balgis Mega, tim Indonesia menang mudah atas Filipina.
Pelatih kepala judo tunanetra (blind judo) Indonesia, Lee Yong Il membeberkan kunci sukses para atletnya untuk merajai ajang ASEAN Para Games 2022 Solo. Menurutnya, faktor paling penting saat mempersiapkan mereka adalah latihan fisik.
"Pertama, saya ajarkan fisik dulu lewat lari karena mereka (atlet judo tunet) itu larinya susah. Tapi perasaan saya mengatakan, mereka juga bisa lari seperti atlet normal. Setelah itu meski susah, saya mulai latih mereka lari satu putaran, dan porsinya terus ditambah tiap hari," kata Lee di arena Judo di Tirtonadi Convention Hall.
"Hingga sekarang, mereka sudah bisa lari 20 keliling yang berjarak 400 meter dan hasilnya langsung terasa di ASEAN Para Games 2022. Untuk latihan (teknik) judonya, juga sama seperti atlet normal. Saya ajarkan mereka caranya untuk menang karena saya juga sudah delapan tahun di Pelatnas judo Indonesia," tambah pria asal Korea Selatan itu.
Latihan berat yang diinstruksikan Lee turut diakui oleh sejumlah atlet judo tunanetra Indonesia, termasuk judoka peraih emas Rafli Ahnaf Shidqi kelas 73kg J1 putra dan Sahrul Sulaiman dari kelas 73 kg J2 putra serta Junaedi dari kelas 60 kg J2 putra yang meraih perak. Tapi pada akhirnya, mereka tetap berterima kasih kepada Lee seusai seremoni pengalungan medali.
Bahkan pada waktu yang berbeda, Rafli malah mengatakan ingin menambah porsi latihan yang diberikan Lee agar mampu ke Paralimpiade 2024 Prancis. Sebab, dia merasa kurang bisa bersaing dengan judoka level dunia ketika mendapat kesempatan mengikuti kejuaraan di Kazakhstan jelang ASEAN Para Games 2022.
"Sungguh luar biasa dilatih coach Lee. Mental dan fisik sangat digenjot. Meski demikian, kami harus menambah jam terbang (lebih sering ikut kejuaraan internasional) agar punya tolak ukur menuju Paralimpiade," ujar Rafli.
"Sebelum event ini, kami sempat ikut kejuaraan di Kazakhstan dan terdapat perbedaan tenaga serta daya tahan dengan lawan yang cukup terasa. Oleh karena itu, latihan fisik perlu ditingkatkan lagi walau menyakitkan," tambahnya.
Sekilas tentang cabor judo tunanetra atau blind judo. Olahraga bela diri yang identik dengan gerakan membanting lawan ini hanya diikuti oleh atlet klasifikasi J1 (buta total) dan J2 (penglihatan rendah).
Pernapasan, gerakan, dan genggaman terhadap judogi (seragam judo) menjadi hal penting yang harus diperhatikan saat bertanding.
- Tahan Diri Untuk Tidak Politisasi Kemenangan Zohri
- Renan Ingin Rasakan Dukungan Jakmania
- Walikota Semarang Ingin Kota Semarang Menjadi Pusat Pemain Muda Berbakat