Kota Semarang didiami multi kultur sehingga memiliki karakteristik unik. Akulturasi budaya melekat merupakan kekuatan dari segi pariwisata sekaligus menciptakan suasana tinggal kian lama kian teduh.
Pengunjung Pasar Imlek Semawis berswafoto dengan figur dewa-dewi saat Tuk Panjang di Kota Semarang, Kamis (8/2).
Hujan lampion semburat merah terang memecah gelapnya malam di Jalan Gang Warung Kawasan Kecamatan Semarang Tengah Pecinan Kota Semarang.
Jamuan makan di sebuah meja panjang sekitar 200 meter di jalanan beratapkan tenda ditingkahi cuaca Kota Semarang hari itu tidak begitu panas, Kamis (8/2). Adalah Tuk Panjang, salah satu tradisi warga Tionghoa menyambut perayaan Tahun Baru Imlek atau Sincia.
Tradisi ini menghidangkan sajian lengkap mulai dari makanan pembuka hingga penutup. Warga sekitar, tokoh agama, tokoh masyarakat diajak duduk dan makan bersama untuk menyambut Imlek.
Tuk Panjang menunjukkan akulturasi budaya dan kerukunan antar umar beragama menjelang Tahun Baru Imlek.
Tradisi ini pun masih kental dilaksanakan setiap tahun. Pun mengundang ‘tetangga’ dari beragam latar budaya dan etnis sosial. Gelaran tahun 2024, pemrakarsa Kopi Semawis mengirimkan undangan ke warga lokal untuk turut merasakan suka cita pergantian tahun.
Warga Kranggan Maryati (52), Kecamatan Semarang Tengah adalah salah satu tamu undangan sedang sibuk melihat-lihat kuliner di depannya, yakni Nasi Hainan. Nasi disandingkan ayam rebus putih dengan tujuh sayur di sekelilingnya.
“Ke tujuh sayur ini ternyata ada maknanya. Dilihat dari daftar menu yang diberikan panitia,” ungkap ibu rumah tangga ini sembari membaca menu.
Dalam daftar tersebut disebutkan tujuh sayur hijau memiliki perlambang masing-masing. Misalkan, kailan menyimbolkan kesehatan, bokchoy untuk keberlimpahan, kucai untuk keabadian, kapri manis untuk keberuntungan. Masih ada daun ginseng untuk ketabahan, sawi pahit untuk semangat dan kacang panjang untuk panjang umur.
Dia mengaku tidak mengkhawatirkan makanan akan mempengaruhi kaidah agamanya. Sebelum makanan disajikan, para tamu akan diberikan daftar menu. Sederet menu disajikan mulai hidangan pembuka terdiri dari Kue Keranjang Kukus Santan, Ganjel Rel dan Lumpia. Beralih ke hidangan utama Nasi Hainan, Pek Cam Kee dan Tujuh Sayur Hijau. Di akhir sajian tersedia Gui Ling Gao (Jelly Penyu).
“Karena menu setiap tahun berganti, seperti tahun ini penasaran dengan menu Nasi Hainan dan jelly dari penyu,” kata dia.
Jelly Penyu atau Gui Ling Gao terbuat dari ekstrak tempurung penyu dan berbagai campuran herbal. Gui Ling Gao disantap dengan menambahkan madu untuk mengurangi panas dalam tubuh, menjaga kesehatan dan stamina. Rasanya manis dan lembut di lidah.
Maryati mengaku sudah empat kali menghadiri undangan Tuk Panjang.
“Saya menghormati undangan dengan datang karena acara ini bagus untuk mempertahankan warisan leluhur supaya tidak punah,” kata dia.
Langkah kaki perempuan bersuku Jawa asal Solo ini selalu ringan menuju Pasar Imlek Semawis. Dalam benaknya, dia akan bertemu tetangga sedang bergembira menyambut Tahun Baru Imlek maupun tetangga lain yang turut merasakan euforia. Di meja makan panjang, para tamu akan bersantap makan malam dan berbicara ringan seperti membahas sajian kuliner maupun gosip artis.
“Ya ngobrol-ngobrol aja supaya makin akrab,” ujar dia.
Jamuan makan malam ini sebagai media mempererat persaudaran dari berbagai etnis tinggal di Kawasan Pecinan dan sekitarnya hingga masyarakat umum Kota Semarang.
“Saya sudah puluhan tahun tinggal di Semarang dan tidak merasakan perbedaan dengan etnis Tionghoa karena di sini kekeluargaan sekali,” kata dia.
Tradisi Tuk Panjang memberikan kenangan manis bagi Setiyawati, warga RW 04 Kelurahan Kranggan ini. Sebagai Ibu Ketua RW, dia memilih beberapa warga untuk memenuhi undangan Tuk Panjang.
“Kami saling menghormati hidup bertetangga karena mereka (warga Tionghoa) juga ikut keluar rumah saat malam Takbiran. Jadi kami ikut memeriahkan Tahun Baru Imlek,” ujar perempuan berhijab ini.
Nuansa toleransi sudah berjalan lama di daerah Kranggan, beririsan dengan Kawasan Pecinan. Dalam ingatannya di masa kecil, warga merayakan Imlek turut berbagi makanan seperti kue keranjang ke tetangga sekitar.
“Sudah bukan hal asing lagi kami bersatu antara Jawa, China maupun Arab di sini,” kata dia.
Keberagaman, Pecinan bersolek dan hidangan lezat melebur tanpa sekat perbedaan. Saling menceritakan kabar, menikmati atraksi barongsai hingga mengulik jenis makanan menghangatkan hati malam itu.
Direktur Yayasan Studi Sosial dan Agama (eLSA) Semarang, Dr. Tedi Kholiludin menyebut, Pasar Imlek Semawis sebagai ruang sipil perjumpaan masyarakat dari berbagai identitas latar belakang.
“Pasar Imlek sangat dekat tradisi orang Tionghoa saat merayakan pergantian tahun. Kemudian, menjadi ruang terbuka menghidupi banyak orang dari berbagai latar belakang,” ujar dia.
Tuk Panjang dalam rangkaian Pasar Imlek Semawis merupakan ikon tradisi. Warga dari berbeda identitas bersua satu sama lain larut dalam kebahagiaan.
Di lain sisi, ada imbas dari perjumpaan secara budaya yakni bertukar dalam ranah ekonomi baik langsung maupun tidak langsung.
“Kegiatan ini memacu pertumbuhan ekonomi kehidupan masyarakat bisa menjadi salah satu dampak dari ruang perjumpaan ini,” kata dia.
Ikon Pariwisata Tak Tergerus Masa
Tuk Panjang merupakan acara rutin di Kawasan Pecinan untuk menyambut Tahun Baru Imlek.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang, R Wing Wiyarso mengatakan, filosofi makan bersama mewujudkan kerukunan umat beragama karena ada berbagai macam etnis ikut memeriahkan.
“Akulturasi budaya, harapannya menjadi semangat menjaga toleransi di kota ini,” terang dia.
Ketua Komunitas Pecinan Semarang Untuk Pariwisata (Kopi Semawis), Haryanto Halim menambahkan, Tuk Panjang adalah tradisi diangkat ke jalan sebagai wujud keharmonisan dan kerukunan antarumat beragama.
"Tradisi ini biasanya dilakukan orang Tionghoa di rumah orang paling tua, karena keluarga yang datang banyak, akhirnya banyak meja yang disusun memanjang," ujar dia.
Melalui Tuk Panjang diharapkan mengajak semua elemen masyarakat agar terwujud keharmonisan dan kerukunan menandai Tahun Baru Imlek.
- Jadikah Rencana Pemekaran Wilayah Jawa Tengah? Begini Rencana Pemprov Jateng
- Ikuti Pelatihan Petugas Haji, Wagub Jateng Taj Yasin Ingatkan Para Petugas Lebih Sabar
- Tersangka Kasus Kriminal Lulus Ujian, Polda Jateng Tetap Selesaikan Proses Penyelidikan