Suasana berbeda terlihat dalam perayaan hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Di tempat pemrosesan sampah akhir (TPA) Sukosari Jumantono, digelar acara penghormatan kepada bendera Merah Putih.
- Pemkot Semarang Jamin Kelancaran Festival HAM
- Antisipasi Situasi Kontijensi, Pasukan Polisi Ditempatkan di Barak Dalmas
- Mobil Turbo, Bantuan Polisi Pemalang Bagi Pemudik
Baca Juga
Diatas tumpukan gunungan sampah puluhan pemulung melakukan penghormatan kepada sang saka Merah Putih.
Bau sampah yang menyengat dan juga suara dengungan lalat yang bertebaran disekitar lokasi menjadi sahabat mereka sehari-hari.
Meski begitu hal tersebut tidak menyurutkan khidmat mereka untuk mengikuti acara di tempatnya menggantungkan hidup yakni mengais rejeki di TPA Sukasari.
Bendera Merah Putih diarak dari pintu masuk TPA dan dibawa ke atas selanjutnya dipancangkan di atas puncak gunungan sampah.
Langsung saja bendera berukuran lumayan besar ini berkibar dengan gagahnya di puncak gunungan sampah.
Dengan menggunakan ikat kepala merah-putih mereka melakukan penghormatan kepada bendera Merah Putih diiringi dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Usai penghormatan bendera dilanjutkan dengan pembacaan teks Proklamasi yang ditutup dengan pekik Merdeka dan NKRI Harga Mati.
Kiswadi Agus, inisiator acara penghormatan bendera Merah Putih di TPA Sukosari Jumantono sampaikan, kegiatan ini untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air dan nasionalisme di kalangan para pemulung dan warga sekitar TPA.
"Mereka, saudara kita para pemulung ini juga bagian dari masyarakat Indonesia yang mungkin secara materi meraka belum beruntung namun pasti mereka beruntung di sisi yang lain," jelas Kiswadi Agus kepada RMOLJateng, Sabtu (17/8).
Ditegaskan Agus ini rangkaian dari komunitas kebersamaan Jumat Berkah, sengaja menggelar acara penghormatan kepada bendera Merah Putih bersama dengan mereka yang setiap hari bekerja di sini.
"Intinya pelaksanaan acara ini melu (ikut) mangayubagyo kemerdekaan RI ke 74," papar Agus.
Karenanya acara penghormatan bendera digelar area TPA Sukosari. Mereka adalah bagian dari NKRI dan kebetulan bekerjanya ada di sini tapi mereka bekerja dengan tulus sebagai pejuang keluarga untuk bisa menghidupi keluarganya. Sayangnya terkadang banyak dari kalangan mereka luput dari perhatian pemerintah.
"Para pemulung ini juga memiliki rasa cinta tanah air, rasa nasionalis yang tinggi. Dan harus diakui mereka juga bagian dari warga negara Indonesia yang juga harus diperhatikan," tegas Agus.
Sementara itu, Mbah Sadiyem (60) yang keseharianya mencari nafkah di TPA Sukosari mengaku sangat senang bisa ikut dalam acara penghormatan bendera Merah Putih di tempatnya bekerja.
Dirinya mengaku sejak tahun 2009 awal berdirinya TPA ini baru sekali ini ada acara penghormatan bendera.
"Rasane nggih seneng, terharu saget tumut upacara. Niki nembe sepindah enten mriki (senang, haru ikut acara yang baru sekali ini digelar). Harapane pemerintah juga memperhatikan kami ini," harapnya.
- Polres Pemalang Gandeng Pemkab Latih Pemuda Berprestasi denga Standar Rekrutmen Polri
- Kemarau Panjang, Pemda Diminta Terapkan Skala Prioritas Bantuan Air Bersih
- Sandiaga Uno Tantang Santriwati Batang Buat Baju Koko