Ulama di Purbalingga Prihatin Maraknya Kasus Perceraian dan LGBT

Para alim ulama dan pimpinan Pondok Pesantren di Kabupaten Purbalingga mengadakan Halaqoh/perkumpulan di Aula Pondok Pesantren Darussalam, Desa Cipawon, Kecamatan Bukateja, Selasa (27/12).


Juru Bicara Ulama pada kegiatan Halaqoh, Ulil Archam menyampaikan, empat catatan meliputi ulama sangat mendukung program pemkab setempt.

"Yang Kedua, dari sisi ekonomi perusahaan yang ada di Purbalingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pembangunan lancar dan menurunkan angka kemiskinan. Dari sisi ekonomi Purbalingga Sehat memang bisa dilampaui, akan tetapi dari sisi moral, akhlak dan pergaulan bebas menjadi keprihatinan," katanya.

Ia menambahkan, keprihatinan yang dimaksud yakni banyaknya angka perceraian, dan banyak bermunculan LGBT. Ketiga, banyak pabrik di Purbalingga tetapi belum diberi fasilitas ibadah yang sesuai.

Keempat, lanjut dia, pentingnya bersatunya ulama dalam mengawal keberlangsungan pembangunan yang mengarah pada tercapainya visi misi Purbalingga.

"Dari beberapa catatan tersebut, maka kami memberikan rekomendasi kepada Ibu Bupati," katanya.

Ulil melanjutkan, rekomendasi tersebut, Pertama, Bupati menginstruksikan kepada perusahaan-perusahaan yang ada di Purbalingga untuk memberikan fasilitas ibadah memadai.

"Kedua, Bupati mencegah perkembangan kasus perilaku seksual yang menyimpang yakni LGBT/ Homoseksual/ Lesbian melalui regulasi yang jelas," katanya. 

Ketiga, Ia merekomendasikan melanjutkan kebijakan-kebijakan untuk Pondok Pesantren, madrasah Diniyah, TPQ dan Dewan Asatidz yang sudah berjalan dengan baik. Keempat, Bupati menginstruksikan agar perusahaan memberikan pembinaan rohani kepada karyawan.

"Kelima, Pemkab Purbalingga memberi fasilitas Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren) dan Puskesmas Keliling ke Pondok-pondok Pesantren agar santri terlayani fasilitas kesehatannya," katanya.

Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi SE BEcon MM menyatakan siap menerima masukan-masukan dari para ulama hasil Halaqoh kali ini.

Ia mengakui, kasus perceraian masih ada di Purbalingga salah satunya disebabkan banyaknya serapan tenaga kerja wanita ketimbang pria di Purbalingga.