Usaha Batik Menjadi Penopang Agenda Pemulihan Ekonomi Nasional

Bank Indonesia perwakilan Solo bersama Pemerintah Kabupaten Karanganyar gelar Pelatihan Diversifikasi Produk UMKM di Balai Desa Girilayu, Kecamatan Matesih, Selasa (5/10).


Pelatihan ini diikuti oleh 17 kelompok Paguyuban Giriarum, Desa Girilayu. Rata-rata peserta yang mengikuti pelatihan berprofesi sebagai buruh batik.

Deputi Direktur Bank Indonesia Perwakilan Solo, Nugroho Joko Prastowo sebut, tahun 2021 memiliki program pengembangan ekonomi dan keuangan berbasis kelompok subsistence paguyuban batik Giriarum Girilayu di Karangnyar.

"Bersinergi dengan Pemkab Karanganyar dan Rumah Zakat sebagai implementing partner," ungkapnya. 

Program UMKM Subsistence ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui kewirausahaan dan peningkatan literasi keuangan bagi masyarakat Girilayu. 

"Program UMKM Subsistence juga merupakan pilot project Bank Indonesia dan baru diterapkan di 8 (delapan) wilayah se-Indonesia termasuk di Karanganyar," terangnya.

Disampaikan juga batik merupakan salah satu warisan budaya ikonik Indonesia yang mendunia dan dipakai oleh banyak tokoh dan artis kenamaan dunia.

Menurutnya dalam selembar kain batik memiliki identitas budaya lokal dan sejarah daerah tertentu, misalnya Yogyakarta dan Solo. Batik sudah menjadi identitas nasional Indonesia.  

"Selain menjadi branding Indonesia, batik juga memiliki potensi ekspor tinggi," jelasnya. 

Hal itu terlihat dengan tumbuhnya ekspor batik di masa pandemi.  Meningkatnya nilai ekspor batik ini didorong dengan makin banyaknya diversifikasi produk batik.

Diantaranya dengan membuat produk-produk turunan batik seperti sarung bantal, suvenir atau cinderamata, pernak-pernik aksesori dan lain-lain. 

"Dari potensi tersebut industri kerajinan dan batik harus didukung sebagai salah satu sektor yang dapat menjadi penopang agenda pemulihan ekonomi nasional (PEN)," pungkas Nugroho.