Tak ingin terbuai janji petinggi yang kerap bolak-balik meninjau, warga Desa Penawangan, Pringapus, Kabupaten Semarang akhirnya bergerak sendiri membangun jalan poros yang ambrol di Km 3 Jalan Poros Desa, tepatnya di Dusun Mrana.
- TNI-Polri Berkolaborasi Dengan Pemerintah Daerah Siap Amankan Nataru di Solo Raya
- Soal Aksi Petani Rawa Pening, Ini Kata Dandim Salatiga
- Peringati Hari Peduli Sampah, Wakil Wali Kota Salatiga Ajak Masyarakat Giatkan Kembali Kampung Iklim
Baca Juga
Secara swadaya, desa terluar di Kabupaten Semarang ini membangun jalan makadam sebagai pengganti jalur poros yang ambrol jauh dari sentuhan arsitektur.
Hal ini dibenarkan Kaur Pemerintahan Arifin kepada wartawan di lokasi ambrolnya jalan keluar satu-satunya bagi warga Desa Penawangan menuju Kacamatan Pringapus dan Karangjati, Kabupaten Semarang, Minggu (15/8).
Dikatakan Arifin, jalan poros yang ambrol di Km 3 Jalan Poros Desa Penawangan, Dusun Mrana merupakan satu-satunya jalan keluar masuk bagi warga desa terluar di Kabupaten Semarang itu menuju Kacamatan Pringapus dan Karangjati, Kabupaten Semarang.
"Karena tidak ada jalan lain, sementara sepenjang kurang lebih 100 meter yang ambrol. Menunggu pemerintah entah kapan terealisasi sementara warga kami butuh jalan ini untuk aktivitas keluar masuk desa. Keputusannya kami buat jalan makadam ala kadarnya," terang Arifin.
Pembuatan jalan makadam di sisi sebelah jalan yang ambrol memang jauh dari sentuhan arsitektur. Sepanjang kurang lebih 10 kilometer pembuatan dengan bahan material sederhana yakni kerikil, batu sungai serta tanah. Secara gotong royong, warga membutuhkan setidaknya seminggu untuk membuat jalan baru.
"Semuanya murni swadaya termasuk material bantuan dari warga," paparnya.
Langkah warga ini lantaran kesal, janji sejumlah pihak termasuk para legislator dengan dapil Pemilihan Penawangan terkesan cuek. Tidak hanya pemerintahan yang lama, saat sebelum Covid-19 pun Pemdes mengakui sempat diberi janji segar akan dibangunkan yang baru.
"Katanya menghabiskan sekitar Rp 2 miliar untuk pembangunan jalan yang baru di titik yang ambrol saja. Pemda Semarang tidak mampu kemudian dikomunikasikan ke Provinsi, katanya Dinas Pekerjaan Umum Provinsi yang akan mengerjakannya. Sudah sempat kami liat 'orang' PUR 'ngecek-ngecek'. Kami pikir akan segera dibangun, eh ternyata nihil," terangnya.
Hingga berganti tahun, janji tinggal janji. Sementara warga membutuhkan jalan untuk kelangsungan ekonomi keluarga. Sampai akhirnya, diputuskan warga membuat jalan alternatif agar tetap bisa dilalui.
"Karena memang warga kami butuh jalan itu akhirnya membuat jalan alternatif dibantu relawan. Setidaknya butuh waktu seminggu membentuk jalan sendiri. Kalau warga tidak bergerak sendiri mungkin akan terisolir," tandasnya.
- Pemkot Solo Terima 100 Unit Konsentrator Oksigen Dari Djarum Foundation
- Hari Peduli Sampah Nasional, Nava Hotel dan Relawan Mantab Resik-resik Grojogan Sewu
- Merayakan Kebhinekaan LAPAAN RI Berbagi Kasih di Empat Panti Asuhan