Warga Desa Tumanggal Kecamatan Pengadegan, Purbalingga menggelar tradisi Grebeg Suran, Kamis (4/10). Grebeg ditandai dengan memotong nasi tumpeng, pentas wayang dan kirab gunungan hasil bumi.
- Sigarda Blora, Permudah Informasi Cagar Budaya
- Ketika Tuhan Berkata
- Irwan Hidayat: Jadikan Semarang Kota Kebudayaan dan Pintu Masuk Wisata Jawa Tengah
Baca Juga
Saya sampaikan apresiasi kepada panitia penyelenggara, Kepala Desa Tumanggal, Camat Pengadegan beserta forkopimcam dan seluruh warga yang sengkuyung mengikuti grebeg suran. Saya menyambut baik karena kegiatan ini tidak hanya kegiatan ceremonial saja, namun ruwat bumi ini salah satu tradisi budaya dan artinya kita bersama turut nguri-uri budaya," kata Plt. Bupati Purbalingga Dyah hayuning Pratiwi.
Menurutnya, banyak makna yang terkandung dalam filosofi budaya ruwat bumi, salah satunya dengan adanya takir. Takir punya nilai filosofis ditata dan dipikir, maknanya adalah sebagai manusia sebelum melakukan sesuatu hendaknya harus dipikir terlebih dahulu, intinya yakni jangan gegabah.
Plt. Bupati Tiwi menambahkan, grebeg suran ini adalah momentum yang mengingatkan kita semua untuk senantiasa bersyukur, karena memasuki tahun baru 1440 Hijriyah telah banyak diberikan kenikmatan dan keberkahan, seperti suburnya tanah Tumanggal yang menghasilkan hasil bumi yang melimpah serta udara yang segar.
Hasil bumi Tumanggal sangat luar biasa, saya merasa takjub dan masih ingat mengikuti kegiatan sebelumnya yaitu memetik cabe, terong dan hasil bumi lainnya di Tumanggal. Wajib hukumnya bagi warga Tumanggal menjaga kekayaan alam dan saya berharap grebeg suran ini mampu menjaga silaturahmi, peseduluran dan guyub rukun seluruh warga Tumanggal," kata Tiwi.
- Polemik Unggahan Gusti Purboyo Putra Mahkota Keraton Solo Dan Tanggapan Keluarga Keraton
- Lampion Aneka Bentuk Warnai Perayaan Imlek di Solo
- Sanggar Greget Semarang Gelar Pertunjukkan “Tanda Tresno”