Warga Sayung Demak Butuh Kolam Retensi Atasi Banjir

Kepala Desa Sayung Munawir mengeluhkan adanya tanah uruk proyek tol Semarang-Demak yang menyebabkan pembuangan air banjir dan rob di Desa Sayung tidak maksimal.


"Untuk di wilayah Sayung itukan urukan, jadi diuruk ibaratnya air tidak lancar. Jadi untuk keluarnya air secara alami tidak bisa maksimal karena terhambat uruk," katanya, Senin (23/5) siang.

Menurutnya, meskipun tol tersebut dipancang, namun di bawahnya masih terdapat urukan

“Meskipun dipancangkan bawahnya diuruk nah air itu tidak bisa mengalir dengan cepat. Juga beberapa sungai di wilayah Sayung khususnya yang terdampak Dusun Babadan itu kan sungainya diuruk," tambah Munawir.

Selain itu, meski telah diberikan jalan air, namun ukurannya tidak selebar semula. Akibatnya, aliran air terhambat menuju hilir. 

"Mungkin karena proses kontuksi tol mungkin jadi mungkin harus di hurug, mereka juga memancang sungai. Semula kurang lebih sampai 7 meter nah sekarang tinggal 2 meter. Itukan untuk percepatannya airnya kan lain juga," jelasnya.

Akibat hal tersebut menyebabkan banjir di Desa Sayung jadi lama untuk surut.

"Ya tentunya sebelum ada hurugan bisa ngeluarin air melalui sipon gonjol secara alami bisa mengurangi hingga kurang lebih 17.000 m2/ hari," katanya.

Namun saat ada urukan pihaknya hanya bisa melakukan pembuangan air banjir dan rob kurang lebih 9.000 m2/ perhari.

"Sekarang dengan ada hurugan paling sehari bisa buang air secara alami kurang lebih 9.000 m2/ perhari, juga tergantung air surut lautnya serta tergantung curah hujan," jelasnya.

Untuk menunjang pembuangan air, ia juga melakukan pompanisasi menggunakan anggaran dana desa.

"Untuk operasional 1 pompa listrik sehari kurang lebih Rp150 ribu, untuk operasional 1 mesin pompa kipas yang modifikasi sehari bisa mencapai Rp600 ribudengan operasional tenaganya," jelasnya.

Padahal, Pendapatan Asli Desa Sayung dinilai lemah karena daerah dikenal untuk pertanian kini terendam.