Adrinov: Calon Pemimpin Indonesia Harus Direncanakan

Mantan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Adrinov Chaniago menilai perlu dilakukan penyiapan calon pemimpin secara terencana dan terorganisasi untuk mengantisipasi krisis sumber pemimpin di Indonesia.


"Kita krisis sumber pemimpin. Dalam jangka panjang kita tidak akan mendapatkan pemimpin dengan kriteria mendekati sempurna, jika tidak ada inisiatif

mempersiapkan calon-calon pemimpin secara terencana, terorganisasi dan atau dikelola oleh lembaga, organisasi, atau komunitas," kata dia dalam siaran rilisnya, Jumat (4/11). 

Menurut Akademisi FISIP UI tersebut, jika dipetakan ada banyak pipa saluran yang bisa menciptakan calon pemimpin. Mulai dari kepala daerah, partai politik, organisasi kemasyarakatan, gerakan masyarakat sipil, BUMN, organisasi pengusaha, birokrasi, kejaksaan, TNI-Polri hingga kampus.

"Kuncinya, jalur yang paling ideal untuk mendapat calon pemimpin nasional adalah dari kepala daerah berprestasi, mulai dari wali kota atau bupati hingga gubernur," papar dia.

Andrinof melanjutkan, tugas kepala daerah mengurus berbagai urusan publik dan selalu berinteraksi langsung dengan masyarakatnya. Daerah menjadi tempat ujian evaluasi dan juga sebagai kontrol sosial.

"Misalnya jenjangnya pada usia 35-45 tahun jadi wali kota atau bupati, 45-55 gubernur, 40-65 tahun menteri, jadi presiden 50-60 tahun. Ada tahapan-tahapan yang harus dilalui untuk menjadi pemimpin nasional," terangnya.

Bahkan lanjut Andrinof, pihaknya juga mendorong camat atau pejabat setingkat camat yang terbukti berprestasi, administrasi hingga komunikasi bagus harus berani maju sebagai calon wali kota atau bupati.

"Harus berani meninggalkan statusnya sebagai ASN. Mau jadi memimpin harus berani kehilangan karir di birokrasi. Kalah tak apa sudah ada modal. Dari salah satu saluran itu, akan lahir pemimpin-pemimpin masa depan," kata dia.

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Prof Siti Nurbaya menjelaskan, jika leadership saja untuk kepemimpinan saat ini tidak cukup. Kehidupan dan perkembangan zaman semakin canggih, membutuhkan calon pemimpin yang memiliki followership kuat.

"Tentu saja kenegarawanan. Sekarang anak-anak semakin canggih dan lebih pinter. Harus pintar melihat, berfikir, belajar dan modifikasi," harap dia.