Baby Volcano Di Grobogan: Fenomena Wajar Karena Gas Bumi

Baby Volcano Bledug Cangkring Yang Membentuk Mirip Kubah Gunung Berapi Sebenarnya Hanya Tumpukan Material Lumpur Yang Terbentuk Dari Semburan Material Dalam Waktu Bertahun-Tahun. Dokumentasi RMOL Jateng Berita Edisi Jumat (22/03) Sore.
Baby Volcano Bledug Cangkring Yang Membentuk Mirip Kubah Gunung Berapi Sebenarnya Hanya Tumpukan Material Lumpur Yang Terbentuk Dari Semburan Material Dalam Waktu Bertahun-Tahun. Dokumentasi RMOL Jateng Berita Edisi Jumat (22/03) Sore.

Semburan lumpur dan gas di Bledug Cangkring, Desa Grabagan, Kradenan, Grobogan, yang berada tak jauh dari Bledug Kuwu pasca gempa bumi Tuban berkekuatan 6.5 skala richter (SR) sempat menggemparkan warga sekitar. Lumpur keluar dari dalam perut bumi itu disebut warga sebagai fenomena 'Baby Volcano'. 


Akhirnya, tak lama dalam waktu beberapa jam pasca gempa semburan lumpur berhenti sendirinya. Namun, semburan membuat lahan sawah milik warga sampai ratusan meter dari titik Bledug Cangkring dipenuhi lumpur. 

Melihat fenomena itu, Pakar Geologi Universitas Diponegoro (Undip) Prof. Dr. Eng Fahrudin, ST. MT menjelaskan, semburan lumpur yang muncul di kawah Bledug Cangkring, Grobogan bukanlah suatu fenomena mengejutkan karena di lokasi sekitarnya merupakan sebuah jalur kawah bumi aktif. 

"Wajar, tidak sesuatu yang baru dalam geologi jika muncul semburan lumpur di sekitar wilayah dengan struktur lapisan di bawahnya mengandung minyak bumi. Itu di daerah satu garis lurus wilayah dekat Bledug Kuwu di dasar tanahnya menyimpan kandungan minyak bumi dan aktif. Lumpur keluar menyembur penyebabnya bisa akibat imbas gempa yang mendorong material keluar sendiri, jadi hal itu biasa," kata Prof. Fahrudin, Selasa (26/03).

Jika melihat fenomena 'Baby Volcano' itu dijelaskan dengan geologi secara ilmiah, Prof. Fahrudin menjelaskan lagi, munculnya lumpur dan membentuk sebuah bukit menyerupai gunung berapi kecil terjadi alamiah. Semburan lumpur yang muncul itu menumpuk lalu akhirnya tumpukan sendirinya bentuknya terbentuk menjadi mirip sebuah gunung. 

Akan tetapi hal itu tidak berarti menciptakan gunung berapi yang memiliki kawah baru karena material yang membentuk gunung berapi kecil itu cuma berasal dari tumpukan lumpur. Dengan demikian, Prof. Fahrudin menegaskan, tidak bisa menyamakan fenomena semburan lumpur seperti terciptanya sebuah gunung berapi baru. 

"Masyarakat keliru mengenai anggapan bahwa semburan lumpur menciptakan munculnya gunung kecil aktif, itu salah. Itu yang terlihat menyerupai gunung sebenarnya hanya tumpukan material dari semburan lumpur. Gunung berapi pasti dibawahnya ada kawahnya yang aktif, tetapi tidak dengan fenomena 'Baby Volcano'. Kawah yang mengeluarkan lumpur adalah cerobong yang sama dengan bekas semburan kawah. Jadi, hanya sementara karena kawah lama yang telah ada dalam kondisi tidak menyemburkan material, terlihat mirip seperti terciptanya kawah gunung berapi aktif baru," jelasnya. 

Fenomena semburan lumpur di kawasan kawah saat terjadi gempa bumi, kata Prof. Fahrudin, memang biasa terjadi dan wajar. Secara umum penyebabnya adalah material di perut bumi mengalami deformasi yang mengakibatkan muntahan material keluar ke permukaan. Kejadian semacam itu sudah beberapa kali terjadi dan telah sering dijadikan bahan penelitian geologi. 

"Itu 'kan material lumpur dari dasar tanah yang memiliki material gas aktif atau sebelumnya adalah kawah jalur geologi tetapi sudah lama tidak mengeluarkan material, atau sedang pasif. Ketika terjadi deformasi akibat gempa material di dalam tanah secara alamiah akan menjadi bahan bakar yang memunculkan semburan di titik kawah lama," terang Prof. Fahrudin.