Berdikari Melalui Kopi Demi Menghimpun Pundi

Pemilik Win’s Coffee Roastery Temanggung, Amirudin Hery Widiyanto sedang mengecek penjemuran biji kopi, Sabtu (25/6). RMOL Jateng
Pemilik Win’s Coffee Roastery Temanggung, Amirudin Hery Widiyanto sedang mengecek penjemuran biji kopi, Sabtu (25/6). RMOL Jateng

Kabupaten Temanggung tak hanya terkenal menghasilkan daun tembakau berkualitas. Aroma, rasa serta petani akrab dengan digitalisasi mampu mendongkrak nilai komoditas kopi.


Temperatur suhu di warga Desa Malebo Kulon, Kecamatan Kandangan Kabupaten Temanggung menunjukkan angka 29 derajat Celcius, pada Sabtu (25/6). "Cuaca seperti ini tidak begitu bagus karena siang atau sore biasanya hujan. Sedangkan, kopi untuk matang dan siap dipetik membutuhkan sinar matahari terik," ungkap Hery, tanpa mengurangi rasa syukur kepada Sang Khalik. 

Pekerja Wins' Coffee Roastery sedang menggoreng biji kopi. RMOL JatengPekerja Win's Coffee Roastery sedang menggoreng biji kopi. RMOL Jateng

Di sebuah rumah didominasi putih ungu tercium wangi aroma kopi. Di salah satu bagian rumah terdengar suara mesin penggoreng kopi membangkitkan aroma penciuman ingin segera menyesap. Sedangkan, di bagian luar Hery, tampak sedang menjemur kopi bersuhu 50 derajat Celcius di sebuah ruang beratap dinding plastik. Dia tampak memastikan agar panas ruangan sudah sesuai. Belakangan ini perubahan cuaca tak menentu membuat masa panen pun mundur. 

Sedianya, masa panen jatuh pada awal bulan Juli. Namun, perubahan cuaca tergolong ekstrem diperkirakan panen raya saat bulan Agustus. Usia biji kopi matang membutuhkan waktu hingga 12 bulan. Saat itu biji kopi sudah menujukkan karateristik berwarna merah. "Saya memperkerjakan 5-6 orang dari tetangga sekitar saat panen raya. Saat panen sekitar 15 ton biji kopi diperoleh dari luas lahan mencapai 1 hektar," ungkap Hery, kepada RMOL Jateng. 

Olahan biji kopi setelah menjalani proses penjemuran atau lazim disebut green bean. RMOL JatengOlahan biji kopi setelah mengalami proses penjemuran yang lazim disebut green bean. RMOL Jateng

Heri menyediakan beberapa pilihan yakni green bean maupun roasted. Produk ini memiliki segmen tersendiri. Untuk permintaan kafe di Bekasi, akan memesan green bean. Sedangkan, pelanggan di Pekalongan akan memilih kopi dalam bentuk bubuk. Hasil olahan kopi Win’s Coffee Roastery Temanggung terdiri Arabika Fullwash, Robusta Wine, Robusta Natural, Arabika Natural, Arabika Wine dan Ekselsa. 

Menurut dia, inovasi dalam mengolah biji kopi turut mendongkrak perekonomian keluarga. Ingatannya kembali berputar ke masa kecil, saat orangtua hanya menjual kopi dengan disangrai sederhana. 

"Harga kopi tanpa diolah dibandingkan sudah berbentuk green bean tentu sudah berbeda. Green bean dibandrol Rp40 ribu per kilo," terang dia. 

Perkembangan jaman dan teknologi menuntut para petani beradaptasi. Petani kopi sekaligus Pemilik Kopi Jompong, Ahmad Zakaria mulai mengolah biji kopi secara modern pada tahun 2017. Petani sudah bisa memaksimalkan kopi terdiri dari biji kopi (green bean), kopi sangrai (roasted bean) dan kopi bubuk (grind coffee). 

"Dengan pengolahan berbagai varian dapat diciptakan karena dibutuhkan keahlian masing-masing. Semakin unik semakin mahal untuk per bungkus, seperti kopi aroma wine lebih mahal," kata dia. 

Pengolahan kopi membutuhkan waktu dan keahlian tertentu. Hal inilah yang mempengaruhi harga jual kopi kemasan lebih tinggi dibandingkan mentah. Sebut saja, kopi robusta wine membutuhkan waktu pengolahan sekitar 30 hari. Untuk 1 kg robusta wine mencapai Rp180 ribu-an. 

Ahmad Zakaria mengaku berkat kopi perekonomian keluarga mulai terangkat. Ke dua anaknya bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang universitas. Di desa tersebut mata percaharian penduduknya sebagian besar adalah petani. "Hampir 80% petani kopi jadi saat musim panen melibatkan tetangga," kata dia.

Pekerja akan mendapatkan upah harian saat panen raya. Upah akan menyesuaikan dengan tingkat kesulitan pekerjaan mulai dari memetik, sortasi biji, penjemuran dan mengolah menjadi green bean.

Bersama Menjaga Kualitas Kopi Temanggung

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, Pemerintah Kabupaten Temanggung dan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia telah melakukan pemberdayaan petani kopi robusta sejak tahun 2005. 

Alhasil, telah terjadi perbaikan mutu kopi secara signifikan, dari sisi peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani kopi maupun harga kopi telah mengalami perbaikan. 

Hingga terbentuk Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) Kopi Robusta Temanggung untuk menjaga kualitas kopi Temanggung. "Ada SOP (standar operasional prosedur) yang harus dipatuhi petani," ucap Fungsional Perencana Ahli Muda Bappeda Kabupaten Temanggung, Ir Gunadi, MM. 

Hal ini bertujuan guna mempertahankan kekhasan kopi Temanggung. Kualitas dijaga karena kopi dari Temanggung sudah memiliki pangsa pasar tersendiri di pasar domestik maupun internasional. Kopi dari Temanggung memiliki rada dan aroma kekhasan. Karakteristik kopi soft dan mudah di-blend dengan kopi dari daerah lain.

"Sekitar 120 orang sudah tergabung mulai dari petani, perajin dan pedagang kopi," kata dia. Di sini, mereka mendapatkan pelatihan demi menghasilkan kopi berkualitas. Meski begitu, masih banyak produsen maupun pedagang belum tergabung. Alhasil, petani asal dalam pengolahan justru merusak citarasa kopi memicu harga kopi di pasaran jatuh. 

Dalam pandangannya, potensi kopi dari Temanggung sangat luar biasa. Komoditas kopi dinilai memiliki harga lebih elastis dibandingkan tembakau. "Penikmat kopi bisa adiksi dengan jenis kopi tertentu yang sudah disukai dan bagi penikmatnya akan terus dicari," tukas dia. 

Petani kopi sekaligus Pemilik Kopi Jompong, Ahmad Zakaria sangat berkomitmen mempertahankan kualitas kopi demi kepuasan pelanggan. Sejurus hal itu, pemasaran kopi dilakukan retail maupun eceran. Kopi Temanggung juga dipasarkan melalui media sosial maupun lokapasar.

Promosi Tak Henti Angkat Kopi Temanggung 

Pemerintah Kabupaten Temanggung mencatat luasan lahan panen kopi terus mengalami peningkatan selama beberapa terakhir.

Fungsional Perencana Muda Bappeda Kabupaten Temanggung, Dwi Fatma A, SE, M.Ec.Dev menyebutkan, Temanggung mencatatkan sebagai produsen terbesar kopi di Jawa Tengah.

"Luasan lahan panen kopi jenis Robusta pada 2021 lalu tercatat mencapai 11.724 hektar, dengan produksi kopi mencapai 83.841 ton," kata dia. 

Sementara untuk luasan panen jenis Arabika pada 2021 tercatat mencapai 1.564 hektar dengan produksi mencapai 955 ton. Produktivitas hasil panen kopi Robusta tercatat lebih tinggi jika dibandingkan komoditas andalan pertanian Temanggung, yakni tembakau.

Produktivitas hasil panen kopi jenis Robusta pada 2021 tercatat mencapai 0,715 ton per hektar, lebih tinggi jika dibandingkan tembakau sebesar 0,688 ton per hektar.

Pada 2021, luasan lahan panen tembakau mencapai 18.293 hektar dengan hasil panen mencapai 12.585 ton.

"Ada dua kecamatan yang menonjol dalam produksi kopi yaitu Gemawang dan Kandangan," timpal Kasi Perkebunan Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan Kabupaten Temanggung, Dadi Riswanto, SP. 

Bagi warga Temanggung, kopi sudah lama ditanam dan dibudayakan oleh leluhur setempat dan bisa disebut soko guru. Sayangnya, penjualan kopi juga terimbas dari pandemi Covid-19. Permintaan kafe, warung kopi maupun toko juga merosot. Berbagai upaya akan digaungkan kembali untuk mengangkat kopi Temanggung. 

"Sebelum corona ada Festival Kopi Temanggung setahun sekali. Selain itu, ada imbauan dari Bapak Bupati untuk minum kopi lokal setiap Hari Jumat. Kemungkinan kegiatan-kegiatan seperti itu akan diadakan kembali melihat perkembangan situasi saat ini," terang dia.