Dari 198 Pamsimas di Grobogan, 10 Tak Berfungsi

Pamsimas yang rusak di Grobogan.
Pamsimas yang rusak di Grobogan.

Salah satu upaya mengatasi kekeringan di Grobogan adalah mengoptimalkan Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas), namun sulitnya sumber mata air menjadi faktor utama kendala operasional.


Terbukti dari 198 Pamsimas di Grobogan, ada 10 Pamsimas tak berfungsi sama sekali. 

Kabid Kawasan Permukiman pada Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (Disperakim) Grobogan Darlan mengatakan, memang ada beberapa kendala yang dihadapi terkait pamsimas.

”Yang mendapat pelayanan belum 100 persen. Desa-desa tertentu memang potensi sumber airnya sulit. Kalau pun ada, tidak memenuhi syaraat untuk dimanfaatkan, misal kandungan ZE-nya tinggi dan rasa airnya payau atau asin,” katanya, Senin (11/9).

Darlan memastikan, sebelum program tersebut dilaksanakan, sudah ada pengujian terlebih dahulu. Pamsimas tidak bisa dimanfaatkan secara optimal karena potensi sumber airnya sulit.

“Ya diuji dulu awalnya. Tapi lama-lama kondisi itu bisa muncul setelah dimanfaatkan beberapa waktu. Misal karena potensi sumber air sulit, karena pengelolaan tidak aktif, atau karena sekitar lokasi sudah ada PDAM,” imbuhnya.

Darlan mengklaim, dari 198 pamsimas yang tersebar di wilayah Grobogan, hanya 10 unit yang tidak aktif. Dengan kata lain, nyaris seluruh pamsimas berhasil mengurangi dampak kekeringan.

”Dari 198, yang masih aktif 188 lokasi. Sebagai contoh di Desa Mangin, Kecamatan Karangrayung. Dulu, setiap kemarau pasti kekeringan dan sulit cari air. Sekarang, dengan adanya pamsimas, sudah tidak ada kesulitan air,” tandasnya.

Sebagaimana diberitakan, total terdapat setidaknya 90 desa yang terdampak kekeringan di Grobogan. Jumlah itu masih berpotensi bertambah karena kemarau belum menunjukkan tanda-tanda akan segera berakhir.