Diimbau BMKG, BPBD Kota Semarang Gelar Simulasi Penanganan Banjir

Simulasi penanganan bencana banjir oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang yang  dilaksanakan di Kanal Sungai Banjir Timur, depan kantor PLN Jalan Unta Senin (29/4). Sulistyawan/RMOLJateng
Simulasi penanganan bencana banjir oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang yang  dilaksanakan di Kanal Sungai Banjir Timur, depan kantor PLN Jalan Unta Senin (29/4). Sulistyawan/RMOLJateng

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang menggelar simulasi penanganan bencana banjir. Langkah ini dilakukan seiring dengan imbauan BMKG soal angin siklon tropis yang diperkirakan melanda Jawa Tengah, akhir April hingga Mei ini.


Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar)  BPBD Kota Semarang, Endro Pudyo Martantono membenarkan, simulasi penanganan bencana banjir merupakan rangkaian  kegiatan dari Forum Grup Discusion (FGD) Rencana Kontinjensi (Renkon) banjir.

"Hari ini kita adakan Simulasi penanganan bencana banjir yang  dilaksanakan di Kanal Sungai Banjir Timur, depan kantor PLN Jalan Unta" kata Endro pada wartawan Senin (29/4).

Dia menjelaskan simulasi ini kegiatan lanjutan dari Forum Grup Discusion (FGD) Rencana Kontinjensi (Renkon) banjir, yang digelar BPBD Kota Semarang di sejak Senin (22/4) lalu di Hotel Arkenzo Kota Semarang

Menurut Endro, Renkon itu kami susun dengan melibatkan Pentahelic, yang berasal dari unsur pemerintah, masyarakat dan unsur dunia usaha.

"Isi dari Renkon adalah bagaimana seseorang atau masyarakat itu saat terjadi bencana akan berbuat apa. Misalnya dari BPBD, kami pasti akan melakukan asesmen mengkoordinasikan terkait dengan penanganan bencana, baik itu banjir, tanah longsor atau kebakaran," jelas Endro.

Dikatakan pula, bahwa penyelenggaraan FGD Renkon tersebut mengacu pada Undang-undang nomor 24 tahun 2007 dan peraturan pemerintah (PP) nomor 21 tahun 2008, terkait penyelenggaraan penanggulangan bencana dan sudah dilakukan rutin setiap lima tahun oleh BPBD, untuk kemudian nantinya akan disahkan oleh Wali Kota Semarang.

Setelah itu, lanjut Endro,  FGD ini jadi bahan perumusan dan berlaku selama lima tahun ke depan. Nantinya disahkan oleh Wali Kota Semarang selaku kepala daerah. 

"Renkon ini rutin setiap lima tahunan dilaksanakan BPBD Kota Semarang. Karena ini rencana strategis terkait dengan penanganan kebencanaan," ungkap mantan Kepala Dinas Perhubungan Kota Semarang itu.

"Sebuah blue print, yang ini memuat dari pikiran-pikiran, gagasan dan ide-ide yang berasal dari unsur Pentahelic tadi yang terlibat. Jadi kami nanti akan enak menjalankan, karena itu nanti akan menjadi sebuah kesepakatan. Jadi ini mendasari sebuah SOP bagi BPBD, sehingga kita akan lebih elegan menangani bencana," imbuhnya

Ditegaskan oleh Endro, target dalam pelaksanaan FGD adalah agar masyarakat yang terlibat memiliki kesamaan langkah dan persepsi dalam penanggulangan bencana, sehingga para korban bencana akan segera mendapatkan penanganan secara efektif dan efisien.

"Yang paling penting, ini adalah keterpaduan dan kesamaan langkah dan persepsi semua yang terlibat dalam upaya penanggulangan bencana, sehingga langkah di lapangan akan lebih efektif dan efisien, sehingga masyarakat (korban bencana) akan segera terbantu," tegasnya.

"Harapannya Pemkot Semarang dalam mengatasi penanggulangan bencana, mempunyai dukungan dari unsur-unsur lintas sektoral di pemerintah," pungkas Endro

Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Bencana BPBD Kota Semarang Riyanto menambahkan, walaupun Renkon berlaku selama lima tahun, namun tiap tahun akan selalu dilakukan evaluasi dengan menyesuaikan kondisi alam, yang bisa jadi berubah-ubah kondisinya.

"Renkon ini berlaku selama lima tahun, tapi tiap tahun akan kita lakukan evaluasi, karena kondisi alam kan berbeda-beda ya, tidak bisa stabil sesuai prediksi," ungkapnya.

Sedang untuk target Renkon, lanjut Riyanto, adalah untuk melakukan pemetaan daerah-daerah banjir di Kota Semarang, sehingga lebih memunculkan kepedulian dan empati masyarakat dalam ikut serta aktif dalam penanggulangan bencana banjir dan tidak hanya menggantungkan peran pemerintah.

"Renkon itu targetnya itu untuk pemetaan daerah-daerah banjir. Jadi keterlibatan masyarakat harus aktif, tidak hanya menggantungkan kepada peran pemerintah, sehingga masyarakat lebih memiliki kepedulian dan rasa gotong royong yang adiluhung sebagai tanggungjawab sebagai makhluk sosial," terangnya.