Dinkes Demak Diapresiasi USAID dan Kemenkes RI

Bupati Demak bersama dengan tim penanganggulan leptospirosis berfoto bersama USAID, Kemenkes, BRIN di Gedung Wakil Bupati Demak, Kamis (1/2). Nungki/Dok.RMOLJateng
Bupati Demak bersama dengan tim penanganggulan leptospirosis berfoto bersama USAID, Kemenkes, BRIN di Gedung Wakil Bupati Demak, Kamis (1/2). Nungki/Dok.RMOLJateng

Leptospira (leptospirosis) masih menjadi permasalahan kesehatan di Indonesia termasuk di Kabupaten Demak. 

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang terbaru ada baru ada 15 provinsi yang melaporkan terkait penyakit tersebut, yang terbanyak di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jogjakarta.

Hal tersebut disampaikan oleh perwakilan Kemekes RI, Eva Yuswar, dalam gelaran monitoring dan evaluasi (monev) dalam rangka pencegahan dan pengendalian leptospirosis di Kabupaten Demak, pada Kamis (1/2).

"Obat dari leptospira sudah ditemukan, tenaga kesehatan yang menanganinya sudab siap, hanya saja yang disayangkan pasien kebanyakan datang disaat sudah parah, atau terlambat berobat. Sehingga mengakibatkan kematian," ucapnya.

Ia melanjutkan, untuk itu pihaknya sangat mengapresiasi terhadap tenaga kesehatan di Puskesmas Bonang 1 dan RSUD Sunan Kalijaga yang mana memiliki kesigapan dalam penangan lekstopirosis dan bahkan memiliki kader khusus.

"Kami apresiasi sekali, bahkan sampai ada kader kesehatan khusus lekstopira dan memberikan pembinaan agar si vetor lekstopira (tikus) tidak berkembang biak," ucapnya.

Memang faktor penyebabnya adalah di lingkungan, maka kewajiban semua pihak baik masyarakat dan lintas sektor bisa menangani penyakit yang dimasyarkaat dikenal sebagai kencing tikus tersebut.

Sementara itu perwakilan United States Agency for International Development (USAID) bidang Protfolio Ketahanan Global, Monica Latuihamallo melihat bahwa koordinasi dan kolaborasi di bawah kepemimpinan Bupati Demak berjalan dengan baik.

Pernyataan tersebut Ia sampaikan setelah melihat testimoni dark Pemerintah Desa, Dinas yang terlibat dan hingga pasien pemderita leptospirosis yang dirawat.

"Kerjasama USAID sudah lebih dari 10 tahun dengan bekerja sama dengan pemerintah. Pada kesempatan ini kami melihat langsung dan merasakan komitmen Pemerintah Pusat sampai Pemerintah Daerah yang telah bersama - sama mengatasi penyakit leptospirosis," ucapnya.

Ia melanjutkan, pihaknya melihat dari mulai dulu belum terpadu dalam penanganan leptospirosis  hingga sekarang sudah terpadu. 

Dimana sekarang deteksi penyakit memang naik, namun kapasitas nakes meningkat namun angka kematian turun. 

"Dan saya bisa katakan, Ibu Bupati bisa berbangga dengan hasil yang dikerjakan oleh tim terpadu yang ada di kabupaten Demak ini," ucapnya.

Ia mengingatkan, bahwa Indonesia memiliki punya resiko mudahnya infeksi baru masuk, termasuk penularan zoonosis tinggi, yang mana penanganannya berdampak efektif bila ada bekerja sama dari lintas sektoe dan masyarakat yang baik.

"Penyakit ini tidak mengenal batas ruang dan waktu. Saya harap juga Demak dalam keseriusan menangani zoonosis diberlanjutkan termasuk melakukan riset dan analisa demi menuju Indonesia lebih sehat," pungkasnya.

Sebagai informasi tingginya penyakit leptospirosis berikut dengan penanganannya di Kabupaten Demak membuat upaya-upaya yang dilakukan Dinkes Demak dalam tim penanggulangan zoonosis menjadi pilot projek Kemenkes RI.