Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Jateng, menargetkan pemberangkatan 170 KK untuk transmigrasi ke luar pulau jawa.
- KASN Rekomendasi Tiga Jabatan ASN Pemkot Salatiga Ditinjau Ulang
- Demak Expo Perumahan 2024, Upaya Pemkab Berikan Kemudahan Perumahan Bagi Milenial dan Gen Z
- Berangkatkan 'Kloter' Terakhir, Program Mudik dan Balik Pemprov Jateng Diklaim Paling Aman
Baca Juga
Kepala Disnakertrans Provinsi Jateng, Wika Bintang, mengatakan terdapat 700 jiwa dari 170 kk tersebut yang menjadi transmigran di tahun 2018 ini. Dia mengaku, pihaknya bekerjasama dengan pemerintah pusat untuk melangsungkannya.
Tahun ini Pemprov Jateng memberangkatkan 170 KK atau sekitar 700 jiwa. 70 KK diantaranya dibiayai APBN. Saat ini, kami berangkatkan 100 KK ke Kabupaten Sijunjung, Sumbar," kata Wika usai melepas transmigran, Senin (10/12).
Wika menambahkan, para transmigran diberangkatkan ke 8 provinsi yang telah disiapkan. Seperti Bengkulu, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Sulawesi Tenggara, dan lain-lain.
Dari 170 KK itu, sisa 29 KK atau 93 jiwa. Tahun ini akan kami berangkatkan lagi," kata dia.
Wika menjelaskan, masing-masing transmigran akan diberi rumah tipe 36 dan lahan garapan seluas 2 hektar. Lahan yang ditempati merupakan bekas hutan yang telah ditebang dan dipersiapkan untuk pertanian. Kata dia, Geografisnya seperti di Kabupaten Wonosobo. Di pegunungan dan berbukit-bukit.
"Di sana lahannya sangat subur. Mereka bisa menanam lada yang harganya bisa laku tinggi. Kalau bupati sana mengimbau tanam jengkol. Orang sana kan suka jengkol. Dan harganya sangat mahal," tuturnya.
Wika menjelaskan, sebel diberangkatkan, para transmigran dibekali dengan skill untuk pertanian. Menurutnya, karena tidak semua punya ilmu pertanian, mereka diajari membuat pupuk, dan mengoperasikan traktor.
Juga hal-hal lain seputar mengolah lahan pertanian. Pelatihan itu diberikan selama sepekan di Balai Diklat Yogyakarta," imbuh Wika.
Melihat transmigran asal Jateng yang diberangkatkan 2016 lalu, kata Wika, semuanya sukses dari sisi materi. Kebanyakan juga karena hasil pertanian.
Meski begitu, Wika mengakui, tahun pertama bisa dibilang paling berat untuk dijalani transmigran. Selain karena menempati lahan yang benar-benar baru, juga dituntut untuk beradaptasi dengan warga sekitar. Terlebih, budaya Jawa dan Sumbar sangat beda.
- Ajak DPU Cek Jalan Suratmo Baru, Camat Semarang Barat Punya 'Misi Khusus'
- Rp48,8 Miliar, Alokasi Angggaran THR Pegawai ASN di Blora
- 123 PNS Pemkab Magelang Terima SK Pensiun