Disperindag Jateng Khawatir Tidak Ada Pembatik Muda

Minimnya pembatik berusia muda menjadi salah satu pekerjaan rumah dalam perkembangan batik di Jawa Tengah. Ini menjadi kekhawatiran terkait regenerasi pembatik.


"Dari yang tercatat, Jawa tengah punya 11 ribu pengrajin batik, tapi mayoritas pembatiknya sudah usia lanjut. Belum ada anak muda yang jadi pembatik," kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Tengah, Arif Sambodo pada RMOL Jateng, kemarin.

Karena itulah, pihaknya mempunyai beberapa progam terkait pengembangan ekonomi kreatif termasuk batik.

Program tersebut antara lain Design Dispatch Sytem (DDS), lomba desain batik, sistem penjualan online E-Smart, galeri di Kantor Disperindag Jateng hingga berbagai pameran.

Arif juga menyebut bahwa tanpa pendampingan, pengrajin batik juga sulit berkembang.

Pihaknya selalu memberi berbagai pelatihan hingga pendampingan untuk sejumlah pengrajin batik.

"Lalu bagaimana caranya bisa meningkatkan jumlah agar menekan cost produksi (lebih murah), ini salah satu cara menekan persaingan dengan batik Cina," ujarnya.

Ia berharap, ada generasi muda yang terjun menjadi pembatik karena akan menimbulkan multiplier effect.

"Bayangkan, kalau satu pengrajin batik mempekerjakan lima orang, berarti sudah 55 ribu orang yang terjun langsung di dunia batik, belum penjual hingga desainer," ujarnya.