Penutupan Pasar Imlek Semawis (PIS) 2020 ditandai dengan malam penganugerahan tuk panjang ke 17, Minggu (19/1).
- Tarawih Keliling di Desa Petambakan, Mengenang Cikal Bakal Banjarnegara
- ‘Celoteh Sastra’, Merawat Budaya, Menghidupkan Kata
- Gojekan Sengit Pendakwah Miftah, Tak Surutkan Sang Legenda, Yati Pesek
Baca Juga
Dua dalang wayang potehi Thio Tiong Gie dan Tok Hok Lay diberikan penghargaan Pelestari Budaya Non Ragawi Pecinan Semarang.
Penghargaan Thio Hauw Lie diwakilkan kepada keluarga almarhum Thio Hauw Lie yang terus melestarikan Wayang Potehi," kata Ketua KOPI (Komunitas Pecinan Semarang untuk Pariwisata) Harjanto Halim.
Dia mengatakan, tema Potehi diangkat tahun ini sebagai upaya melestarikan kesenian tersebut. Potehi diartikan tontonan dari kantong kain diiringi musik petik dan pukul dengan menggunakan bahasa hokkian wajib dipelihara.
Terkait gelaran tersebut, dia mengatakan Tuk Panjang merupakan tradisi menjamu para tamu dengan meja sepajang 100 meter. Berbagai kalangan hadir dalam jamuan makan malam ini. Sederet sajian sudah dihidangkan seperti edamame rebus, kue keranjang kukus santan, sup lobak, roasted chicken nasi kongbap dan affogato. Ada makna di balik makanan, seperti kue keranjang diartikan agar keluarga terus bersatu, rukun dan bulat tekad menghadapi tantangan di tahun mendatang.
"Tuk Panjang adalah wujud keberagaman, keberagaman adalah rahmat," katanya.
Walikota Semarang, Hendrar Prihadi mengapresiasi kegigihan dalam melanggengkan tradisi ini.
Kota Semarang memiliki kedekatan dengan kawan-kawan etnis Tiongha, menilik sejarah Oei Tiong Ham. Mari kita berdiskusi jika ada yang kurang baik sampaikan. Jika baik ceritakan ke saudara lain di luar Semarang agar mau pelesiran maupun investasi di kota ini," katanya.
- Malam Satu Suro di Pura Mangkunegaran, Laku Tapa Bisu
- Karnaval Pembangunan, Tampilkan Kirab Budaya dan Aneka Mobil Hias
- HUT Ke 90 Pakasa, LDA Kraton Kasunanan Surakarta Gelar Pentas Budaya dan Pameran UMKM