Eks Napiter Ungkap Cara Penanggulangan Ekstrimisme

Eks Napiter Roki Aprisdianto membagikan pengalaman dan cara deradikalisasi dalam giat Focus Group Discussion (FGD) tentang Pencegahan dan Penanggulangan Ekstrimisme Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorisme, yang digelar Polres Sukoharjo, Kamis (25/11).


Roki Aprisdianto mengatakan, ada tiga poin yang menyumbat dalam mewujudkan toleransi. Tiga sumbatan tersebut adalah sumbatan sesama agama, sumbatan antar agama, dan sumbatan berbangsa dan bernegara.

“Jadi apabila kita ingin mewujudkan toleransi dan mencegah terjadinya terorisme, maka kita harus menyelesaikan  sumbatan-sumbatan tersebut. Yaitu menyelesaikan sumbatan sesama agama, sumbatan antar agama, dan sumbatan berbangsa dan bernegara,” jelasnya.

Kapolres Sukoharjo AKBP Wahyu Nugroho Setyawan mengatakan, FGD ini merupakan kegiatan yang diinisiasi dari Satbinmas Polres Sukoharjo dengan tujuan untuk mendapatkan masukan ataupun saran dapat ditindak lanjuti dari pemda setempat.

Dalam kesempatan tersebut, Kapolres mengungkapkan, bahwa terorisme tidak ada kaitannya dengan agama sehingga tidak dihubungkan dengan agama. Radikalisme terjadi karena beberapa faktor antara lain ekonomi, pendidikan dan pergaulan.

“Terorisme gaya baru bisa dipelajari lewat smartphone atau media internet karena internet bisa diakses setiap orang, maka kita harus sangat berhati-hati dalam mengakses media medsos,” ungkapnya.

AKBP Wahyu menambahkan, upaya-upaya dalam pencegahan terorisme yaitu dengan meminimalisir kesenjangan sosial dan perbaikan tingkat ekonomi, pemahaman ilmu dengan baik dan benar. 

"Karena ilmu adalah faktor utama dari segala aspek kehidupan, perlunya ilmu sebagai pondasi yang membentengi seseorang dari pengaruh radikalisme yang berkembang dan menyebar dari berbagai sisi," tandasnya.