Emas Terakhir Ratu Wushu

Lindswell Kwok semakin mantap untuk pensiun usai sukses meraih emas di ajang Asian Games 2018.


Atlet berusia 26 tahun itu menempati peringkat pertama wushu putri nomor tajiquan dan tajijian dengan mendulang poin 19,50. Dia lebih baik dari wakil Hong Kong, Mok Eun Ying, yang berhak atas tempat kedua, serta Wong Agatha (Filipina) di urutan ketiga.

Meski telah menorehkan tinta emas, Lindswell mengaku telah berniat pensiun sejak lama. Karena itu, dia ingin tampil total dalam pertandingan Asian Games 2018.

"Saya memang berniat pensiun setelah ini. Mengingat ini yang terakhir, saya ingin memberikan yang terbaik untuk Indonesia," ujar Lindswell setelah pertandingan, di JIExpo, Kemayoran Jakarta, kemarin.

Lindswell belum ingin men­gungkapkan tujuannya setelah pensiun. Namun, rencananya untuk undur dari olahraga wushu sudah bulat. "Belum tahu sih, tetapi intinya saya ingin istirahat dulu," ujar Lindswell.

Raihan emas Asian Games 2018 menjadi pelipur lara bagi Lindswell Kwok, mengingat pada Asian Games 2014 di Icheon, Korea dia hanya bisa meraih medali perak.

Lindswell disebut sebagai "Ratu Wushu" ASEAN, karena seabrek raihan medali emas di di SEA Games 2011, 2013, 2015, hingga 2017. Namun, gadis kelahiran Medan 24 September 1991 ini belum pernah mencicipi emas Asian Games.

"Terima kasih kepada semua pihak atas doanya. Terutama keluarga saya. Medali emas ini saya persembahkan untuk semua pihak, terutama kepada bangsa dan negara ini. Saya bersyukur bisa mempersembahkan medali emas," kata Lindswell.

Selain sering panen medali di kancah Lindswell tercatat sudah 4 kali menjadi juara dun­ia di nomor spesialisasinya, Taijijian (Jurus Pedang) atau Taijiquan (Tangan Kosong), pada Kejuaraan Dunia Wushu, 2009, 2013, 2015, dan 2017.

Lindswell pernah mengalami cedera lutut kambuhan. Saat berlaga di event-event interna­sional Sarjana Psikologi Lulusan Universitas Sumatera Utara (USU) Medan ini harus beru­langkali menjalani terapi.

Lindswell mengakui sejak mengalami cedera dia kesulitan mencapai performa puncak karena sedikit terkendala. Terutama seni dan kreasi gerakan gerakan atraktif lompatan yang butuh fisik prima.

Sementara itu tim Paralayang nomor beregu Indonesia mem­buka harapan pada penampilan perdananya di Gunung Mas, Puncak, Bogor, Jawa Barat.

Tim beregu putri Indonesia meraih hasil cukup baik dari pada babak 1 dengan nilai 349 di bawah Thailad dengan 115. Sementara di babak kedua meraih nilai terbaik dengan 138, disusul Malaysia dengan 218.

Delapan atlet yang diterjunk­an adalah Ike Ayu Wulandari (23), Rika Wijayanti (24), Roni Pratama (22), Joni Efendi (28) dan Jafro Megawanto (22)). Sementara di putri Lis Andriana (35) dari Kalimantan Timur, Aris Afriansyah (24) dari Banten, dan Hening Paradigma (32) dari Jawa Tengah. Juara dunia paralayang tiga kali, Lis Andriana yakin tim paralayang bisa menyumbang medali emas di kategori akurasi regu. Lis juga menyebut Jepang sebagai lawan berat.

"Paling berat itu dari Jepang karena ada juara dunianya. Tapi al­hamdulillah alat kami nanti sangat bagus. Itu alat terbaik di dunia yang kami pakai," kata Lis.