Masyarakat Indonesia harus bisa berpegang pada informasi yang benar dan sesuai fakta. Hal ini diharapkan untuk meminimalisir perpecahan dipicu informasi bohong.
- Dibuka Bupati, Sukoharjo Gelar Grebeg Syawalan 2025 Di Makam Balakan
- Bangkitkan Kejayaan Jalur Rempah, Gelar Sarasehan Gali Budaya Pati
- Pertama Kalinya, Umat Buddha Terbuka Beri Persembahan Kepada Para Biksu Di Alun-alun Pancasila Salatiga
Baca Juga
Budayawan Franz Magnis Suseno berharap agar setiap kritik yang disampaikan kepada pemerintah turut didasarkan pada data dan fakta, bukan dengan menggunakan informasi bohong alias hoax.
Silakan saja (kritik pemerintah) pasti masih banyak hal yang masih bisa diperbaiki dan akan dijawab. Tapi jangan pakai bohong, jangan pakai hoax itu tidak baik," ujarnya saat menghadiri Dialog Peradaban Lintas Agama di Hotel Aryaduta, Jakarta, Sabtu (13/10).
Romo Magnis tidak ingin kasus hoax penganiayaan terhadap aktivis Ratna Sarumpaet kembali terulang. Apalagi di era teknologi yang berkembang ini, segala kebohongan bisa dengan mudah diungkap.
"Ya hoax Mbak Ratna itu suatu kebetulan. Kalau saya ya jangan diulangi lagi seperti ini. Mungkin tidak disadari betapa bodohnya mudah ketahuan," tukasnya.
Aktivis Ratna Sarumpaet awal bulan ini sempat menyebarkan kabar bahwa dirinya dianiaya oleh sekelompok orang di Bandung. Sejumlah politisi kemudian mengecam keras penganiayaan yang dilakukan terhadap Ratna. Bahkan, calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto langsung menggelar konferensi pers untuk ikut mengecam.
Namun sehari berselang, Ratna mengeluarkan pernyataan bahwa cerita tentang dirinya dianiaya merupakan cerita bohong yang dia buat untuk menutupi luka akibat operasi plastik yang dijalaninya.
- Purworejo Gelar ‘Njarkep Begins Swashima’ di Amphiteater Alun-Alun
- Lestarikan Tradisi: Kirab Budaya Dan Lomba Perahu Dayung Desa Jangglengan Sukoharjo
- Tampilkan Tumpeng Songo dan 99 Gunungan, Grebek Besar 2024 di Demak Siap Pecahkan Rekor MURI