Aktivitas ekonomi di Pasar Genuk, Kota Semarang, bergeliat lagi setelah beku akibat rendaman banjir.
- Pembahasan Upah Buruh Di Pati Tunggu Regulasi Dari Pusat
- Kampung Wisata Tempe Bakal Miliki Ruang Pameran Untuk Pemasaran Produk Dan Edukasi Pembuatan Tempe
- Untuk Warga Berdampak Kekeringan, Pemkab Pati Salurkan Beras 16 Ton Di Kecamatan Sukolilo
Baca Juga
Sejumlah pedagang menuturkan, mereka sudah bisa berjualan lagi sejak dua hari ini, atau sejak Selasa (19/03) kemarin.
Sebelumnya aktivitas pasar dan masyarakat Genuk secara umum lumpuh selama hampir sepekan karena bencana banjir.
Di kawasan Pasar Genuk dan sekitarnya, ketinggian rendaman air banjir bervariasi antara selutut orang dewasa sampai pinggang orang dewasa, selama sepekan lalu.
Pada pntauan RMOLJateng.id, Rabu (20/03) siang, hampir seluruh kawasan Genuk, baik permukiman warga mau pun jalan raya Pantura sudah bersih dari air banjir. Aktivitas pelayanan di Puskesmas Genuk serta SD Genuksari 01 yang berdekatan dengan pasar, sudah normal. Terlihat murid-murid pulang dari sekolah dengan berjalan kaki mau pun dijemput orang tua mereka.
Di pasar, aktivitas jual beli terlihat normal, demikian juga hilir mudik kendaraan mobil boks pengangkut barang kebutuhan perdagangan mulai lancar.
Meski demikian, pedagang masih merasakan derita akibat dari banjir sepekan kemarin.
Wuri, tenaga penjualan di toko sembako Pasar Genuk menuturkan, akibat rendaman banjir kemarin, timbangan elektronik rusak, beberapa karung gula pasir larut terbawa banjir. Demikian juga puluhan karung berbagai jenis tepung, baik terigu, gandum, tapioka, dan lainnya rusak terendam banjir.
"Tumpukan karung gula ambruk. Karena karung yang bagian bawah kena air banjir maka gulanya larut, sehingga menjadi kempes, sehingga tumpukan karung gula ambruk terendam banjir semua. Ada empat karung, padahal satu karungnya berisi limapuluh kilo. Belum lagi dagangan lainnya juga rusak. Makaroni puluhan kilogram menjadi bubur karena kerendam air banjir," tutur Wuri.
Berbeda dengan Ibu Rofaah yang rumahnya dekat pasar. Ia masih bisa menyelamatkan dan mengevakuasi barang dagangan di lapaknya di dalam Pasar Genuk.
"Rumah saya dekat Polsek. Begitu banjir mulai datang, saya langsung ke pasar. Barang-barang saya naikkan ke atas meja semua. Ada beras, telur, bihun, kerupuk udang, dan lainnya. Jadinya barang-barang bisa selamat. Tapi, ya itu. Empat hari tidak bisa jualan," tutur Rofaah.
Meski sempat terkena musibah banjir, namun begitu bisa berjualan dua hari ini, harga-harga relatif stabil.
"Kerupuk, telur, beras, sirup, sembako, bumbu-bumbu, telur, stabil. Bawang merah yang naik," imbuhnya.
Harga telur, misalnya, stabil di harga Rp31.000 per kilogram. Harga cabai merah malah turun, dari Rp50.000 sampai Rp60.000 menjadi Rp30 ribu per kilogram.
Harga beras kemasan 5 kilogram merk Sawah Jingga yang biasanya dijual Rp81.000, turun menjadi Rp80.000.
"Kalau bawang merah naik menjadi Rp30.000. Dari harga semula Rp20.000 sampai Rp25.000," katanya.
Kenaikan harga mencolok terjadi pada sayur mayur di lapak teras depan Pasar Genuk. Zubaedah, salah seorang pedagang mengaku harga sayur bayam satu ikat Rp10.000, dari harga biasanya Rp4.000.
"Kangkung Rp8 ribu, biasanya Rp3 ribu. Tempe pas banjir harganya Rp10 ribu. Sekarang sudah turun jadi Rp6 ribu," kata dia.
- Saat Musim Hujan, Masa Berkembang Biak
- Kapolres Purbalingga: ASN Polri Bisa Berikan Pelayanan Masyarakat Dan Dukung Program Pemerintah
- Viral: Ada Harimau Jawa Melintas Di Jalan Kawasan Hutan Mantingan Rembang