Partai Golkar menghadapi masa paling sulit dalam Pemilu Legislatif 17 April ini. Bahkan, perolehan suara dalam pemilu 2019 akan mengalami penurunan secara drastis.
- Tere: Jangan Ada Lagi Anak Jadi Korban Kekerasan Seksual
- Masuki Injury Time, Pilwakot Semarang 2024 Memanas
- Mantan Bupati dan Wakil Bupati Dapat Jatah Pertama Coklit Pilkada Karanganyar
Baca Juga
Apalagi dua pekan sebelum hari pencoblosan, kader Golkar membuat blunder yang dipastikan akan mempengaruhi perolehan suara Golkar.
Menurut pengamat politik dari Undip Semarang, M Yulianto mengatakan, penangkapan kader Golkar yang juga anggota Komisi VI DPR RI Bowo Sidik Pangarso pada akhir Maret (27/3) dan penahanan anggota Fraksi Golkar Komisi VIII DPR Markus Nari pada awal April (1/4) benar-benar mencoreng nama partai berlambang beringin itu di menit-menit terakhir jelang pemilu.
‘’Dengan penangkapan dua kader Golkar ini bisa dipastikan perolehan suara pada pemilu 2019 akan mengalami penurunan drastis, karena masyarakat akan menjauh dengan partai-partai bermasalah,’’ ujar Yulianto.
Menurut dia, kasus-kasus korupsi yang dialami kader Golkar akan semakin sulit menghapus stigma bahwa Golkar dekat dengan korupsi.
"Golkar belum sepenuhnya menghapus citra buruk tentang perilaku korupsi para kadernya," tambahnya lagi.
Kasus korupsi yang dilakukan mantan Ketua Umum Golkar Setya Novanto, ditambah mantan Sekjen Idrus Marham mempertegas penilaian publik bahwa korupsi di Golkar mencapai pucuk pimpinan tertinggi.
‘’Sangat sulit menghapus citra buruk itu. Kini ditambah lagi dengan OTT terhadap Bowo Sidik Pangarso dalam kasus distribusi pupuk dan penahanan Markus Nari yang terlibat kasus E-KTP warisan Setya Novanto, membuat Golkar benar-benar di pinggir jurang,’’ katanya.
Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto sudah berusaha maksimal untuk memulihkan dan mengangkat citra Partai Golkar.
Namun disaat bersamaan ada kader yang menggerusnya dengan melakukan tindak korupsi. Akhirnya publik tidak percaya bahwa ada keseriusan dan reformasi di dalam tubuh Golkar.
‘’Golkar pasti mengalami masalah dengan perolehan suara dalam Pemilu 2019. Ini masa paling sulit bagi Golkar. Walau turunnya suara Golkar tidak seperti PPP karena kasus PPP dialami langsung ketua umumnya, tetapi Golkar sangat berat mengangkat posisinya,’’ katanya lagi.
Dia mengakui bahwa sebagai partai politik senior, Golkar memiliki jaringan dan pengikut yang fanatik dan militan. Namun itu hanya terjadi di kalangan generasi tua.
Sedangkan di kalangan anak muda, generasi milenial, bisa jadi Golkar kurang mendapat tempat jika perilaku korupsi tidak bisa dienyahkan dari Golkar. Apa pun juga, anak-anak muda, anak-anak milenial itu antikorupsi.
‘’Kalau secara peringkat Golkar masih bisa masuk empat besar, karena pendukung partai Golkar masih kuat, tetapi untuk elektibiltas pada pemilu 2019 ini akan menurun," tandasnya.
Disinggung apakah berpengaruh dengan dukungannya terhadap Capres Jokowi, Yulianto yakin tidak berpengaruh.
"Kalau untuk Capres Jokowi tidak berpengaruh sama sekali, karena elektabilitas Pak Jokowi tidak pengaruh dengan parpol pendukung," pungkas Yulianto.
- Polres Jepara Gelar Jumat Curhat, Ajak Pemuda Mitra Kamtibmas Jaga Kondusivitas Jelang Pilkada
- Gibran Fans: Prabowo Gibran Menang Satu Putaran
- PDIP: Jokowi Umumkan Cawapres Saat Injury Time