Golongan Darah O, Paling Banyak Dicari Untuk Plasma Konvalesen

Willy Leo Santiko, relawan pencari donor konvalesen/RMOLJateng
Willy Leo Santiko, relawan pencari donor konvalesen/RMOLJateng

Adanya peningkatan kasus harian sejak awal Juli juga membuat kebutuhan plasma konvalesen yang didapat dari para penyintas Covid-19 kebutuhan sangat besar.


Willy Leo Santiko, Koordinator Relawan Basoka, atau komunitas pencari donor konvalesen menerangkan jika saat ini kebutuhan plasma konvalesen meningkat. Bahkan saat ini, di dalam komunitasnya yang berisi 19 orang pencari donor, sudah mendapat lebih dari 70 data penyintas yang mau mendonorkan plasma konvalesen.

"Dari 19 relawan ini kami sudah punya sekitar 70 penyintas Covid yang bersedia mendonor meskipun kita belum tahu persyaratannya seperti hasil swab nya ada, karena salah satu kendala kami adalah berkas tidak lengkap saat kami bawa ke kantor PMI," kata Willy kepada RMOLJateng, Jumat (30/7).

Menurut Willy, golongan darah untuk plasma konvalesen yang paling banyak di cari di Kota Semarang adalah golongan darah O, kemudian urutan terbanyak selanjutnya adalah golongan darah B, A lalu AB menjadi golongan darah paling sedikit yang dibutuhkan untuk plasma konvalesen.

"Paling banyak dibutuhkan itu yang pertama O, B, A, AB, itu karena presentase golongan darah masyarakat di indonesia tapi nanti ketersediaan pendonornya banyak, misal AB paling sedikit tapi ketersediaan pendonor juga sedikit," ungkapnya.

Willy mengaku tidak mudah untuk mendapatkan penyintas yang mau mendonorkan plasma konvalesen. Dirinya menceritakan jika kerap kali mendapatkan calon pendonor yang menunda-nunda untuk mendonor dengan alasan waktu, padahal calon penerima donor kondisi kesehatannya semakin menurun.

"Kesulitan untuk cari pendonor plasma itu rata-rata masyarakat di Semarang belum paham urgensinya, padahal pasien yang meminta plasma konvalesen itu kondisinya belum berat tapi begitu dua-tiga hari kemudian saat calon pendonor siap itu kondisi pasien sudah buruk atau bahkan meninggal," tuturnya.

Willy mengatakan jika dirinya sempat mendapati permintaan plasma konvalesen namun sebelum plasma di dapat justru calon penerima sudah meninggal. 

"Kami mempunyai data yang meminta donor melalui kami lalu karena pendonornya menunda memberikan lalu akhirnya terlambat itu ada 15 orang yang meninggal karena terlambat mendapat donor," ujarnya.

Untuk mendapatkan data mengenai penyintas Covid-19 di Kota Semarang, Willy mengaku bekerjasama dengan Pemerintah Kota Semarang yakni melalui Dinas Kesehatan Kota Semarang. 

"Kami ingin data dari alumni Rumah Dinas yang sudah diberikan Kadinkes ke PMI, tapi ternyata sortirannya masih sedikit sekali," bebernya.

Willy berharap jika organisasi masyarakat hingga perkantoran di Kota Semarang bisa ikut mengumpulkan data penyintas, agar saat dibutuhkan donor plasma relawan bisa dengan cepat mengetahui calon pendonornya. 

"Kami harapkan komunitas di Semarang melakukan pendataan jumlah alumni Covid yang ada di komunitas mereka, jadi alangkah baiknya jika ormas, lembaga atau perkantoran punya data penyintas Covid yang siap untuk mendonor plasma, itu sangat bagus," tandasnya.