Sekelompok guru di Myanmar melakukan aksi protes untuk menolak kudeta yang dilakukan oleh militer pada Jumat (5/2).
- Kebakaran Hutan di California Utara Melahap 30.000 Hektar Lahan
- Mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe Meninggal Dunia
- Perusahaan Amerika Serikat Setop Produksi Pistol Asli Berbentuk Mainan Lego
Baca Juga
Sekelompok guru di Myanmar melakukan aksi protes untuk menolak kudeta yang dilakukan oleh militer pada Jumat (5/2).
Protes yang dilakukan oleh warga sipil di Myanmar berlangsung sejak kekuasaan direbut oleh militer pada Senin (1/2), pekerja medis melakukan aksi mogok massal seperti dikutip dari Kantor Berita RMOL.
Protes kemudian menyebar dilakukan oleh pelajar, kelompok pemuda, hingga beberapa pekerja sektor negeri dan swasta.
Di depan gedung Universitas Pendidikan Yangon, para dosen dan guru mengenakan pita merah, mengangkat tiga jari, sembari menyuarakan protesnya.
Kami tidak ingin kudeta militer yang secara tidak sah merebut kekuasaan dari pemerintah terpilih kami," ujar seorang dosen Nwe Thazin Hlaing, seperti dikutip Reuters.
"Kami tidak lagi akan bekerja dengan mereka. Kami ingin kudeta militer gagal," tambahnya.
Salah satu staf memperkirakan 200 dari 246 staf di universitas bergabung dalam protes.
Kami bertujuan untuk menghentikan sistem administrasi. Kami sekarang melakukan aksi mogok damai,†kata dosen lainnya, Honey Lwin.
Selain di Universitas Pendidikan Yangon, aksi protes serupa juga dilaporkan dilakukan di Universitas Dagon, Yangon.
Beberapa lusin pengunjuk rasa anti-kudeta juga berkumpul di kota Dawei, diikuti oleh para pendukung dengan sepeda motor, rekaman video menunjukkan.
Kami menyatakan bahwa kami memulai perjuangan kami untuk demokrasi hari ini di Dawei. Kami mendesak orang-orang untuk bergabung dan berdiri bersama kami, â€kata seorang pemrotes.
Pada awal pekan ini, militer merebut kekuasaan setelah menahan pemimpin Aung San Suu Kyi dan banyak orang lainnya, termasuk pejabat partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) hingga aktivis. Militer juga memberlakukan keadaan darurat selama satu tahun.
- Presiden Argentina Didakwa Langgar Aturan Karantina Covid-19
- Dua Kasus Pertama Covid-19 Varian Delta Plus Terkonfirmasi Di Korea Selatan
- Pengunjuk Rasa Anti-Vaksin Serbu Kantor Regulator Medis London