Paris - Setelah penyelenggaraan Artificial Intelligence Action Summit (AIAS) pada Senin (10/02) dan Selasa (11/02) kemarin, apakah ada naskah kesepakatan yang bisa diambil sebagai pedoman oleh para ahli hukum di bidang teknologi dan bahkan para pengambil keputusan di bidang nonteknologi?
- Indonesia Gelar Operasi Penyelamatan Ratusan Warganya Dari Kejahatan Eksploitasi Manusia Di Myanmar
- Kementerian Luar Negeri Berjuang Memulangkan 525 WNI Korban TPPO Dari Myanmar
- BRICS: Manfaat Dan Kelemahannya Bagi Indonesia
Baca Juga
Ternyata tidak ada naskah yang disepakati bersama oleh para pesertanya. Hal ini membuat Komisi Eropa menarik semua pedoman (directives) pertanggungjawaban dalam pelaksanaan AI (Artificial Intelligence) terhadap semua rancangan program yang mereka rancang.
Awalnya naskah berupa program tersebut diharapkan disepakati oleh para peserta dan selanjutnya menjadi dokumen resmi AIAS. Penarikan pedoman atau pasal pertanggungjawaban itu dilakukan pada Selasa (11/02) malam.
Ada sekitar 37 program dengan pasal pertanggungjawaban dari berbagai kebijakan yang dirancang untuk disetujui secara bersama-sama di dalam AIAS.
Kritik pedas oleh JD Vance, Wakil Presiden Amerika Serikat, terhadap program-program yang berkaitan dengan kesepakatan dunia dalam pengaturan kebijakan dan perundang-undangan yang dirancang oleh Uni Eropa. Menurut Vance semua pengaturan itu terlalu ketat dan rumit. Vance menyebut kecenderungan pengaturan dengan pendekatan sekeras itu akhirnya akan mematikan inisiatif dan kreativitas dari para penggiat di bidang teknologi.
Badan Eksekutif (lembaga eksekutif) dari institusi Uni Eropa tersebut lalu mencari pembenaran dari penghapusan pedoman tersebut dengan mengatakan bahwa belum adanya kesepakatan yang bisa dicapai saat untuk perkara hukum dan karenanya mereka berencana untuk melakukan assessment tentang perlunya formulasi baru atau memerlukan pendekatan baru.
Program kebijakan dan pengaturan teknologi kecerdasan buatan yang diajukan oleh Uni Eropa awalnya ingin mengatur teknologi AI yang berpusat kepada manusia. Namun, pengumuman investasi besar-besaran dengan angka miliaran euro yang fantastis oleh Prancis dan Uni Ereopa menenggelamkan relevansi pengaturan tersebut. Para Anggota Komisi Eropa terpaksa melihat konteks pengaturan dengan perlombaan pemenangan AI pada tataran dunia.
Liputan sebelumnya dapat dibaca pada tautan berikut:
Paris AIAS: Puncak Ganasnya Perang Teknologi AI Di Tingkat Global
Pertempuran antar dua gajah masih berlangsung, dengan posisi Amerika 1-0 Eropa. Semoga si pelanduk Indonesia sudah menyusun strategi baru.
- UNS Fasilitasi UTBK Ramah Disabilitas, Diikuti 10 Peserta
- Evakuasi Korban Pendaki Hilang Di Gunung Merbabu Dilakukan Pagi Ini
- Dindagkop UKM Rembang Mulai Lakukan Sosialisasi Pembentukan Koperasi Merah Putih