Harga Sayur Mayur Anjlok, Petani Ngablak dan Kopeng Berduka

Digrup media sosial, serta kelompok-kelompok petani kawasan Kopeng, Kabupaten Semarang dan Ngablak, Kabupaten Magelang tiga Minggu terakhir muncul sebuah petisi 'Petani Berduka'.


Hal ini dikarenakan harga hampir semua jenis sayur mayur huktikultura terjun bebas alias anjlok.

Salah satu petani Desa Bandongan Wetan, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang Joko membenarkan, harga sayur mayur di kawasan Kopeng, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang dan Ngablak, Kabupaten Magelang rata-rata merosot tajam.

"Tomat misalnya, dari petani

ke tengkulak cuma dihargai antara Rp 300-500 per kilogramnya, kol satu kilogram dijual petani Rp 500-700, sawi putih perkilogram Rp 500-600," kata Joko kepada wartawan, Rabu (2/9).

Sedangkan labu siam dengan harga jual dari petani hanya Rp 500-600 per kilogram. Dan terong, dijual dari petani satu kilogramnya Rp 1500.

Yang terbilang masih fluktuatif, ungkapnya, yakni cabe merah keriting Rp 5000-6000, cabe rawit merah (setan) Rp 5000-6000,  cabe merah teropong Rp 5000, sedangkan cabe teropong hijau Rp 3000.

Diakui Joko, pada dasarnya bahan baku melimpah harga jual anjlok karena permintaan sedikit

Hal serupa disampaikan Nur Syaefudin. Nur memaparkan, anjloknya harga sayur mayur disebabkan permintaan atau daya beli masyarakat berkurang dratis. Selain itu, penyebab lain karena melimpahnya hasil panen petani.

"Saat ini, petani di desa kami sedang panen raya. Hampir semua hasil sayur mayur huktikultura panen melimpah. Seperti dialami petani hampir smeua wilayah di Jawa Tengah," tandasnya.

Sehingga, harga jual sayur mayur dihasilkan petani Bandongan Wetan, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang tak sebanding pengeluaran. Dimana, untuk satu petani saja rata-rata telah mengeluarkan ongkos sewa tenaga baik diawal untuk mengelola lahan maupun saat panen. Selain itu, ada juga pupuk, pembelian bibit serta bahan baku penyemprotan.