Jepang telah meminta China untuk menghentikan metode tes anal untuk pengujian Covid-19 kepada warganya karena telah memicu tekanan psikologis di antara mereka.
- Presiden Korea Selatan Sampaikan Minta Maaf Terkait Banjir
- Pengungsi Afghanistan Mulai Berdatangan di Belanda
- Raja Mohammed VI Minta Partai Siapkan Politisi-Politisi Muda
Baca Juga
Jepang telah meminta China untuk menghentikan metode tes anal untuk pengujian Covid-19 kepada warganya karena telah memicu tekanan psikologis di antara mereka.
Permintaan tersebut Tokyo sampaikan melalui Kedutaan Besar Jepang di Beijing dan diungkap oleh Kepala Sekretaris Kabinet Katsunobu Kato dalam konferensi pers pada Senin (1/3), seperti dimuat ANI News.
Kato menyampaikan keprihatinan Jepang atas kebijakan China yang menggunakan metode tes tersebut. Lantaran sebelumnya beberapa karyawan Jepang di Beijing mengeluhkan tes usap anal yang dianggap mereka sebagai pelanggaran hak asasi manusia dan martabat.
Lebih lanjut, Kato mengatakan pemerintah Jepang akan terus mendesak China untuk membebaskan warganya dari metode tes semacam itu. Tes itu kerap digunakan pemerintah China untuk mereka yang dikarantina atau memasuki China.
Selain Jepang, Amerika Serikat (AS) juga telah memprotes China setelah mengetahui beberapa pejabat diplomatiknya juga diminta untuk menggunakan tes usap anal.
"Departemen Luar Negeri tidak pernah menyetujui pengujian semacam ini dan memprotes secara langsung kepada (Kementerian Luar Negeri China) ketika kami mengetahui bahwa beberapa staf menjadi sasarannya," kata seorang jurubicara departemen luar negeri AS, seperti dilansir Kantor berita RMOL.
Menanggapi berbagai kritik atas penggunaan tes usap anal, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin mengatakan Beijing telah menyesuaikan langkah-langkah anti-epidemi secara ilmiah sesuai dengan hukum dan peraturan yang relevan. [sth]
- Amerika Serikat Tidak Mendukung Separatis di Papua
- Aksi Penikaman Terjadi di Kereta Komuter Tokyo
- Para Pengungsi Afghanistan Tiba di Australia dan Mulai Karantina