Jepang telah mengeluarkan permohonan darurat kepada warga, bisnis, dan otoritas untuk menghemat energi, dengan peringatan potensi blackout atau pemadaman listrik di tengah musim dingin.
- Siaran Misa Suci Paus Dari Tiga Negara
- Pangkalan Militer Rahasia Dibangun di Pulau Terpencil Di India
- Presiden Cantik Krosia Bintang Piala Dunia
Baca Juga
Peringatan itu disampaikan oleh Menteri Ekonomi, Perdagangan, dan Industri (METI), Koichi Hagiuda dalam konferensi pers darurat pada Selasa (22/3), dikutip dari Kantor Berita Politik RMOL.
"Pada tingkat ini, kita semakin dekat ke keadaan di mana kita harus melakukan pemadaman listrik yang serupa dengan yang terjadi setelah gempa pekan lalu," kata Hagiuda, seperti dikutip Reuters.
Peringatan muncul ketika salju menghujani Tokyo dan suhu turun tajam hingga 4 derajat Celcius. Tokyo Electric Power mengatakan 2 hingga 3 juta rumah tangga bisa kehilangan listrik setelah jam 8 malam.
Hagiuda menyerukan tambahan 5 persen atau lebih penghematan daya setiap jam dari pukul 3 hingga 8 malam, setara dengan sekitar 2 juta kilowatt per jam.
Pengecer elektronik Bic Camera mengatakan telah mematikan sekitar setengah dari perangkat TV di lebih dari 30 tokonya di Jepang timur.
Pekan lalu, gempa berkekuatan 7,4 magnitudo mengguncang Jepang, memutus aliran listrik ke sekitar 2 juta rumah tangga, termasuk ratusan ribu di ibukota Tokyo.
Gempa minggu lalu menyebabkan enam pembangkit termal tidak beroperasi di area cakupan Tepco dan Tohoku Electric Power Co. Kerusakan peralatan dapat membuat beberapa peralatan tidak beroperasi selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan.
Kepala Sekretaris Kabinet Hirokazu Matsuno sebelumnya meminta warga di Jepang timur yang terkena dampak krisis listrik untuk menghemat energi.
- 6 Minggu Cuti Melahirkan, PM Ardern Siap Bekerja Lagi
- Paus Fransiskus Jamu Presiden Mahmoud Abbas di Vatikan
- Hubungan Diplomatik Indonesia-Singapura Makin Erat