Kasus Covid-19 Di Thailand Didominasi Varian Alpha Dari Inggris

Hampir 90 persen kasus virus corona yang ditemukan di Thailand adalah varian Alpha yang pertama kali ditemukan di Inggris.


Hampir 90 persen kasus virus corona yang ditemukan di Thailand adalah varian Alpha yang pertama kali ditemukan di Inggris.

Dilansir dari Kantor Berita RMOL, keterangan tersebut disampaikan Direktur Jenderal Departemen Ilmu Kedokteran (DMS) Thailand Supakit Sirilak dalam sebuah pernyataan pada Jumat (11/6).

"Studi terhadap 4.185 kasus di Thailand yang dilakukan bekerja sama dengan laboratorium universitas dari April-Juni menemukan bahwa varian Alpha telah menginfeksi sebagian besar orang, 3.703 atau 88,48 persen," kata Supakit, seperti dikutip dari Bangkok Post, Sabtu (12/6).

"Hanya 348 kasus, atau 8,32 persen, ditemukan sebagai varian Delta yang pertama kali terdeteksi di India dan 98 kasus, atau 2,34 persen, adalah B.1 (dade G), B.1 (dade GH), B.1.1.1 (dade GR), yang pertama kali ditemukan di China," katanya.

Juga, 26 kasus atau 0,62 persen, adalah varian Beta yang pertama kali ditemukan di Afrika, dan sisanya yaitu 10 kasus atau 0,24 persen adalah varian B.1.524," lanjut dia. Mengutip penelitian yabg dilakukan oleh Public Health England (PHE) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Dr Suparkit membenarkan varian Alpha lebih menular dan lebih mematikan dibandingkan dengan jenis aslinya. "Namun, vaksinasi masih bisa efektif untuk melawannya," kata Dr Supakit.

"Varian Delta (India) lebih menular daripada Alpha, tetapi infeksinya tidak terlalu parah dan vaksinasi efektif untuk mencegahnya," tambahnya.

Sedangkan varian Beta penyebarannya lebih lambat namun menyebabkan lebih banyak kematian dibandingkan varian aslinya.

Hingga Rabu, 348 pasien Delta telah terdeteksi di seluruh negeri: 318 di Bangkok, 17 di Udon Thani, masing-masing dua di Saraburi, Nonthaburi, Khon Kaen dan Chaiyaphum, dan masing-masing satu di Phitsanulok, Roi Et, Ubon Ratchathani, Buri Ram dan Samut Sakhon.

Dr Supakit mengatakan laporan tersebut akan membantu orang untuk menyadari varian ini dan efeknya yang berbeda sehingga mereka dapat merawat diri mereka sendiri secara teratur.

Sementara itu, Thira Woratanarat, seorang profesor di Fakultas Kedokteran Universitas Chulalongkorn, pada hari Kamis mengutip penelitian di Inggris dan menekankan pentingnya mendapatkan dua dosis vaksin Covid-19.

Dia mencatat di Facebook bahwa interval waktu antara suntikan pertama dan kedua tidak boleh terlalu lama. Menurut penelitian di Inggris, Dr Thira menulis, infeksi dari varian Delta dapat dicegah dengan satu dosis vaksin Pfizer atau AstraZeneca, tetapi hanya sedikit, jadi dua dosis dianjurkan.
Sementara Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock mengatakan minggu ini varian Delta diperkirakan 40 persen lebih menular daripada varian Alpha.