Beijing - Presiden Xi Jinping dan jajaran Politbiro Tiongkok memanggil semua kepala perusahaan bidang teknologi informasi di negara tersebut pada Senin (17/02). Semua pemimpin perusahaan raksasa tersebut duduk teratur rapi di meja pertemuan, sesuai hierarki kekuatan mereka masing-masing. Secara keseluruhan, total nilai semua perusahaan yang berkumpul di Aula Rakyat tersebut mencapai nilai USD1,3 triliun.
- Indonesia Gelar Operasi Penyelamatan Ratusan Warganya Dari Kejahatan Eksploitasi Manusia Di Myanmar
- Kementerian Luar Negeri Berjuang Memulangkan 525 WNI Korban TPPO Dari Myanmar
- BRICS: Manfaat Dan Kelemahannya Bagi Indonesia
Baca Juga
Hal ini dilaksanakan setelah terjadi pertemuan Artificial Intelligence Action Summit di Paris 10-11 Februari minggu lalu. Mengingat pertempuran sengit di bidang teknologi informasi sedang terjadi, maka tidak akan mengherankan apabila pertemuan ini adalah upaya konsolidasi Tiongkok untuk menyatukan semua sumber dayanya.
Merujuk pada acara puncak di Paris itu, dan dengan penampilan moncer penampilan Narendra Modi Perdana Menteri India, tidak mengherankan melihat para pemimpin di Tiongkok segera merapatkan barisan, menyatukan semua sumber daya untuk membangun ekosistem Tiongkok di bidang AI. Rekam jejak ribuan tahun tidak bisa dihapus begitu saja. India adalah saingan abadi dari Tiongkok utamanya di bidang ilmu pengetahuan dan perkembangan peradaban.
Liputan tentang Narendra Modi di AIAS Paris:
Narendra Modi Kancil Yang Gesit Bergerak Saat Artificial Intelligence Action Summit Di Paris
Para undangan tersebut terdiri dari para pimpinan perusahaan-perusahaan raksasa teknologi Tiongkok seperti Xiaomi, Huawei, BYD, Unitree, Alibaba, CATL bahkan si bungsu yang masih berupa startup yakni Deepseek.
Deepseek adalah perusahaan AI yang menimbulkan kegemparan di jagad maya akibat kemampuannya memberikan jasa AI. Kehadirannya membuat saham perusahaan teknologi di Amerika Serikat terjungkal dari titik tertinggi di Bursa Efek New York (NYSE atau New York Stock Exchange) pada Senin (27/01).
RMOLJawaTengah telah meliput pada minggu lalu betapa ganasnya peperangan kekuatan di bidang teknologi informasi, utamanya di bidang kecerdasan buatan, dalam dua kubu yang berbeda benua. Amerika Serikat versus Eropa (utamanya Eropa Barat).
Liputan tersebut dapat dibaca pada tautan berikut:
Paris AIAS: Puncak Ganasnya Perang Teknologi AI Di Tingkat Global
Pada AIAS Paris kemarin diupayakan kesepakatan bersama mengenai pengaturan dan perundangan teknologi Artificial Intelligence (AI). Naskah regulasi sudah disiapkan oleh pihak Uni Eropa yang rupanya menganggap institusi mereka sebagai perwakilan semua perusahaan teknologi di Eropa Barat. Namun, akhirnya AIAS Paris tidak mencapai kesepakatan apa pun.
- Dindagkop UKM Rembang Mulai Lakukan Sosialisasi Pembentukan Koperasi Merah Putih
- MTI Serukan Pentingnya Masterplan Untuk Integrasi Dan Keberlanjutan
- Terpeleset Masuk Sumur, Lansia Di Mrebet Ditemukan Tak Bernyawa