Dinas Kesehatan (Dinkes) Grobogan mencatat selama periode Januari-Agustus 2023, kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Grobogan telah mencapai 202 kasus.
- 18 Ambulan di Solo Raya Kini Dilengkapi Alat Evakuasi
- Ratusan ASN di Lingkungan Sekda Karanganyar Ikuti Cek Kesehatan
- Wakil Presiden RI Berikan Penghargaan Pemda Berstatus Universal Health Coverage
Baca Juga
Dari jumlah tersebut, penderita didominasi oleh anak-anak usia 5-14 tahun sebanyak 157 kasus. Ada 5 kasus kematian akibat penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti tersebut.
"Sampai akhir bulan Agustus ini, tercatat ada 202 kasus DBD, dengan 5 kasus kematian," kata Sub Koordinator Penanggulangan Penyakit Menular (P2M) Dinkes Grobogan Gunawan Cahyo Utomo, Selasa (5/9).
Gunawan menjelaskan, faktor utama penyebab tingginya kasus DBD diakibatkan oleh kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan.
Ia juga menyebutkan bahwa musim kemarau panjang akibat fenomena el nino yang melanda saat ini, cukup berpengaruh terhadap peningkatan penyakit akibat infeksi virus dengue tersebut.
Pada kondisi cuaca dengan suhu tinggi, perilaku dan gigitan nyamuk Aedes Aegypti berpotensi meningkat. Suhu yang hangat juga memudahkan perkembangbiakan nyamuk di tempat-tempat seperti barang-barang bekas, cekungan tanah dan selokan.
"Nyamuk DBD ini bisa berkembang biak di tempat-tempat yang langsung bersentuhan dengan tanah. Saat kemarau seperti ini, yang dimungkinkan jadi tempat perindukan nyamuk itu seperti di cekungan tanah yang ada di selokan," jelasnya.
Gunawan menambahkan, anak-anak menjadi kelompok yang rentan terinfeksi DBD karena faktor lingkungan, serta imunitas atau daya tahan tubuhnya masih lemah.
Terkait kasus kematian akibat DBD, ia menyebut hal itu sering dipengaruhi oleh faktor keterlambatan pemeriksaan dan penanganan medis terhadap penderitanya.
"Yang masih menjadi masalah itu, kematian akibat DBD ini rata-rata karena keterlambatan membawa penderitanya ke fasilitas kesehatan atau rumah sakit," jelasnya.
Lanjut Gunawan, Dinkes sendiri aktif melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat, seiring memperkuat skrining kasus DBD di puskesmas maupun klinik dalam rangka menekan angka kematian.
Pihaknya juga mengimbau agar masyarakat rutin melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan cara 3M Plus.
Cara tersebut terdiri dari menguras dan menutup tempat penampungan air, mendaur ulang barang bekas yang berpotensi jadi sarang nyamuk, serta melakukan upaya pencegahan lain seperti penaburan bubuk larvasida.
"Pengasapan atau fogging itu baru akan dilakukan jika sudah dalam kondisi darurat. Yang paling pokok itu adalah pemberantasan larva atau jentik nyamuk," tutupnya.
- Lihat Warga Merokok di Sembarang Tempat, Wawali Solo : Banyak yang Belum Sadar
- Senam Jaga Kebugaran Warga Lansia Ngaliyan Semarang
- Viral Tiktok Es Teh Jumbo, Ahli Gizi RS UNS Ingatkan Bahaya Bagi Kesehatan